Pria Ancam Patahkan Leher Pikir Bobby yang Dimaksud Adalah Preman
- VIVA/B.S. Putra (Medan)
VIVA – Pengemudi mobil, RP (27) yang ancam patahkan leher Bobby Nasution mengaku tidak tahu bahwa yang nama disebutkan petugas e-parking itu adalah Wali Kota Medan. Dia mengira Bobby yang dimaksud petugas e-parking adalah seorang preman yang mengawasi lokasi parkir tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh RP dalam jumpa pers di Mako Polrestabes Medan, Senin sore 24 April 2022. Pria berkacamata itu juga langsung meminta maaf kepada Bobby Nasution disaksikan Kapolda Sumut, Irjen Pol. RZ Panca Putra Simanjuntak.
"Saya merasa bersalah, karena saya tidak tahu namanya pak Bobby. Dalam benak saya pak Bobby, saya kira preman," kata RP dengan nada sedih.
Meski bersikap arogan kepada petugas e-parking tersebut. RP mengaku ada rasa ketakutan dikeroyok oleh petugas parkir bersama kawan-kawannya saat kejadian adu mulut tersebut.
"Sampai saya mau ngancam dia (petugas parkir) sebenarnya kami takut karena kami pendatang. Saya takut dia panggil bosnya dan kami dikeroyok. Ya saya mengucapkan maaf sebesar besarnya. Saya bukan bermaksud menghina pak Wali Kota. Saya tahu pak Bobby setelah kejadian ini," jelas RP.
Takut karena Merasa Salah
RP yang mengaku sudah ketakutan langsung menancap gas mobilnya. Sehingga tangan petugas parkir masih di dalam mobil. Sehingga badannya ikut terseret.
"Dia (petugas parkir) menarik saya dari dalam mobil. Jadinya, mobil saya jalankan sampai dia jatuh. Saya takut, saya salah," kata RP.
RP yang merupakan warga Takengon Kabupaten Aceh Tengah itu, diamankan petugas Unit Reserse Kriminal Polsek Medan Kota. Tepatnya, di Tol Binjai-Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Senin subuh, 25 April 2022.Â
"Saya minta maaf sebesar besarnya khususnya pak Bobby, khususnya tukang parkirnya. Karena, saya sudah berkata kasar," sebut RP.
RP menjelaskan saat kejadian keributan dengan petugas e-parking di Jalan Rahmadsyah, Kota Medan, Sabtu sore, 23 April 2022. Dirinya berniat untuk membayar parkir secara tunai sebesar Rp 5 ribu sesuai dengan permintaan petugas parkir tersebut.
"Tetapi pak kejadian sebelumnya, saya bukannya tidak mau bayar parkir saya, mau bayar parkir karena saya maunya cash," ucap RP.Â
RP mengungkapkan awalnya baik-baik saja komunikasi antara keduanya. Dia menilai petugas parkir kurang sopan sehingga timbul emosi pria kacamata tersebut. Sehingga keduanya, sempat terjadi adu mulut.
"Gak ada sapa langsung minta kartu e-toll. Karena saya takut saldo e-toll saya terkuras. Makanya, saya tidak berani kasihnya. Saya inisiatif bayar dengan cash," kata RP.
RP menyebutkan petugas parkir tersebut, menyetujui permintaan pembayaran tunai sebesar Rp 5 ribu. Setelah dibayarkan, petugas e-parking kembali meminta e-toll kepada RP.
"Habis itu, beberapa menit lagi dia  minta kartu e-toll. Pak. Jadi saya bukan gak mau bayar.
Kapolda Sumut, bertanya berapa saldo e-toll yang dimiliki RP. Ia menjawab hanya Rp 60 ribu. "Saya tidak paham tata cara pembayaran parkir (e-parking di Kota Medan)," sebut RP sambil menunduk kepala.
Panca menjelaskan kepada RP yang merupakan warga pendatang asal Aceh di Kota Medan sudah menerapkan sistem pembayaran parkir nontunai atau disebut e-parking. "Ini untuk meningkatkan pendapatan PAD Kota Medan," sebut Jenderal Bintang Dua itu.