Logo BBC

Sri Hartini Perempuan Penjaga Hutan Adat Satu-satunya di Yogyakarta

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

"Dulu banyak yang menyangsikan saya sebagai ketua jagawana karena saya perempuan," kenangnya.

Mulanya Sri menolak menjadi ketua jagawana Hutan Adat Wonosadi. Tanggung jawabnya tidak ringan, dan harus memimpin 25 orang jagawana lainnya yang mayoritas laki-laki. Tapi setiap orang yang terpilih merasa tidak sanggup, sampai hampir setahun tidak ada yang mau menjadi ketua jagawana.

"Pada tidak mau. Setiap orang yang ditunjuk, mengaku belum sanggup dan tidak mampu," ujar Sri.

Wasiat bapaknya untuk terus menjaga hutan kembali terngiang. Pesan itulah yang menggugah Sri dan memotivasinya untuk mau menjadi ketua jagawana.

"Mau tidak mau, saya sanggup. Dengan niat bismillah, insya Allah, Tuhan meridai niat baik kita yang ingin melestarikan alam," ujarnya.

Sudiyo, sebut Sri, memang tidak pernah memintanya menjadi jagawana. Tapi ketika sakit dan dirawat di ICU, Sudiyo memegang tangan Sri, meminta agar Sri menjaga kesenian dan kelestarian Hutan Adat Wonosadi.

Meski sempat mendapat penyangsian, Sri tetap bertekad melanjutkan rintisan bapaknya. Berbekal niat baik dan pengalaman selama mengikuti aktivitas bapaknya di hutan, Sri membuktikan dia bisa menjaga kelestarian hutan sampai sekarang.

"Yang penting bagaimana hutan lestari, bisa menghasilkan mata air untuk kehidupan sehari-hari; bermanfaat untuk kesejukan udara, pertanian, dan sebagainya," ujar Sri.

`Hutan adat satu-satunya`

Hutan Adat Wonosadi terletak di Kelurahan Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Luasnya sekitar 25 hektar. Di bagian puncak terdapat lembah yang diberi nama Lembah Ngenuman.

Menurut Sri Hartini, lima hektar dari pintu masuk sampai penghabisan tangga menjadi kawasan Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati). Di kawasan ini, jagawana menanam buah-buahan yang bisa dimakan hewan-hewan di Hutan Adat Wonosadi, seperti monyet ekor panjang.

Sedangkan yang 20 hektar sisanya dibiarkan menjadi hutan belantara. Sehingga ketika masuk ke dalam menuju Lembah Ngenuman, terasa seperti melewati lorong.

Di situ terdapat pohon khas Hutan Adat Wonosadi yang umurnya sudah ratusan tahun: asam jawa (Tamarindus indica). Besar pohon itu setara dengan 7 orang bergandengan.

Selain pohon khas yang berusia ratusan tahun, Hutan Adat Wonosadi juga menyimpan tumbuhan yang berkhasiat untuk obat. Seperti tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan tanaman obat langka buah buni/wuni (Antidesma bunins) yang masyarakat sekitar menyebutnya dengan daun mojar.

Secara administratif, sebelah utara Hutan Adat Wonosadi berbatasan dengan Dusun Gunung Gambar, Kelurahan Kampung, Kecamatan Ngawen. Sebelah timur, berbatasan dengan Dusun Suru, Kelurahan Kampung, Kecamatan Ngawen. Dan sebelah barat berbatasan dengan Dusun Natah, Kelurahan Papringan, Kecamatan Nglipar.

"Itu satu-satunya hutan adat di DIY dan terletak di Gunungkidul," kata Raditia Nugraha dari bagian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (DLHK) Yogyakarta.

Di sini, masyarakat masih memegang teguh adat dan budayanya.