Kapolda Sulsel Ungkap Kelompok Penyusup Massa Mahasiswa di Makassar

Sejumlah personel polisi dalam pengamanan aksi unjuk rasa massa mahasiswa menolak wacana penundaan pemilu di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Senin, 11 April 2022.
Sumber :
  • VIVA/Supriadi Maud

VIVA – Polisi menangkap sejumlah orang yang disebut perusuh dalam unjuk rasa ricuh menolak wacana penundaan pemilu tahun 2024 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penangkapan masing-masing pelaku di tempat yang berbeda pada Senin malam, 11 April 2022.

Mahasiswa Prihatin Proses Pilkada di Banten Kental Politisasi Hukum

Kepala Polda Sulawesi Selatan Irjen Pol Nana Sudjana mengonfirmasi kabar penangkapan itu. Dia mengatakan bahwa kericuhan dalam demo pada 11 April di Makassar disusupi kelompok tertentu.

“Jadi demo ini bukan lagi mahasiswa, karena menjelang akhir buka puasa, ada beberapa kelompok yang juga melakukan aksi tapi saya melihat itu bukan dari kelompok mahasiswa, dan sudah anarkis,” kata Nana saat dimintai konfirmasi, Selasa, 12 April 2022.

Pintu Universitas di Eropa Mulai Tertutup Bagi Mahasiswa Tiongkok

Demo mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan

Photo :
  • VIVA/Supriadi Maud

Mulanya, kata dia, aksi demonstrasi 2.000-an mahasiswa dari berbagai kelompok aliansi berkumpul di sejumlah titik di sekitar DPRD Sulawesi Selatan berlangsung damai. Namun kericuhan pun sontak terjadi sesaat setelah sejumlah anggota DPRD menemui massa. Kericuhan itu bermula saat adanya beberapa orang di antara massa yang menyusup melakukan pelemparan.

Mendikti Saintek Blak-blakan soal 960 Ribu Pelajar dan Mahasiswa Terlibat Judi Online

“Awalnya berjalan baik, kami pun telah berkoordinasi dari pihak DPRD untuk kami mediasi, dan sudah diterima dengan baik. Namun jelang beberapa saat setelah itu ada salah satu kelompok, yang kami duga bukan mahasiswa, membuat kegaduhan dengan melempar ke gedung DPRD," katanya.

Karena sudah rusuh, kata Nana, polisi harus memukul mundur massa aksi hingga mereka bubar. Meski awalnya sudah diperingatkan, mereka tetap berulah dengan melempari gedung DPRD dengan batu.

Saat sedang rusuh, barikade polisi dibentuk dan memukul mundur massa aksi. Mereka dipukul mundur ke dua arah berbeda, yakni Jl AP Pettarani dan Jl Urip Sumoharjo. Polisi berulang kali meminta para demonstran untuk bubar sambil menembakkan gas air mata. Massa demonstran yang sudah tak terkendali akhirnya mulai emosi dan melempar batu ke arah barikade polisi.

Saat pelemparan, katanya, polisi sempat menahan untuk tidak membalas tembakan. Tetapi karena membahayakan akhirnya polisi sesekali melepaskan tembakan gas air mata ke arah demonstran.

“Tapi tidak digubris maka mau tidak mau kami melakukan pendorongan tetapi kita tetap menyampaikan persuasif agar tidak melakukan pelemparan. Akan tetapi tidak digubris lagi maka kami mengeluarkan tembakan gas air mata sebagai peringatan,” ujarnya.

Mantan kepala Polda Metro Jaya itu menyebut bahwa dalam aksi unjuk rasa di kota Makassar, polisi telah menangkap sepuluh pemuda yang ditengarai sebagai perusuh dalam aksi itu. “Ada sekitar 10 orang ditahan dan masih kita terus lakukan identifikasi,” katanya.

Jumlah mahasiswa yang berunjuk rasa, kata dia, ditaksir mencapai 2.000 orang. Selebihnya diduga merupakan penyusup yang merusak aksi unjuk rasa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya