Logo BBC

Klitih: Bagaimana Pertikaian Antarpelajar Berkembang Jadi Kejahatan

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Suprapto -yang pernah meneliti mengenai klitih pada 2004-2009—mengatakan istilah "klitih" kemudian diadopsi oleh pelajar di Yogyakarta sebagai kegiatan mencari musuh.

Pertikaian antar-SMA di Yogyakarta, menurut dia, telah terjadi sejak lama dan terus langgeng dari generasi ke generasi. Pertikaian itu memunculkan solidaritas almamater dan diwujudkan dalam bentuk pertikaian, dulunya berupa tawuran antar-pelajar.

Pada 2004-2005, Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian menerbitkan aturan bahwa pelajar yang terlibat tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Banyak pelajar sadar dan enggan diajak tawuran.

"Karena sulit mengajak teman-temannya untuk tawuran, pelajar yang kecewa, yang tidak bisa berprestasi, ingin unjuk diri, maka pelampiasannya dengan menunjukkan kekuatan fisik," tutur Suprapto kepada BBC News Indonesia.

Kekuatan fisik itu kemudian mereka tunjukkan dengan keluyuran menggunakan sepeda motor dengan tujuan mencari musuh.

"Tetapi kan mereka enggak mungkin mau pamitan mencari musuh, maka mereka menggunakan terminologi klitih. Tapi karena tujuannya mencari musuh ujungnya menjadi kejahatan yang dilakukan di jalanan," jelas dia.

Sejak saat itu lah, kata "klitih" mengalami pergeseran makna menjadi negatif.

`Tradisi` turun temurun

Marsel -bukan nama sebenarnya— mengatakan bahwa klitih sudah menjadi "tradisi" turun temurun di SMA di Yogyakarta. Marsel sendiri pernah menjadi bagian dari kelompok klitih di sekolahnya pada era 2007 hingga 2008.

Ketika baru duduk di bangku kelas 1 SMA, kakak kelas yang tergabung dengan kelompok klitih telah memetakan adik-adik kelasnya untuk direkrut.

"Begitu dikumpulin semua jadi satu, sudah ada list-nya SMA musuh yang mana. Kalau enggak mau masuk geng, kalau suatu saat terkena klitih ya enggak bakalan dibantu," kata Marsel kepada BBC News Indonesia.

Marsel sendiri tidak memahami bagaimana SMA tertentu dikategorikan sebagai "musuh", sedangkan yang lainnya sebagai "kawan". Yang jelas, doktrin mengenai siapa musuh dan siapa lawan terus dicekoki oleh para senior, bahkan alumni dari sekolahnya.

"Ya dipanas-panasin terus, namanya anak muda hasratnya masih menggebu-gebu, ya sudah akhirnya terbentuk mindset bawah itu musuh kita," ujar Marsel.