MUI Minta Jangan Ada Sweeping Warung Makan Saat Ramadhan

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan.
Sumber :
  • Tangkapan layar/ Anisa Aulia

VIVA – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah meminta kepada masyarakat agar tidak melakukan sweeping ke rumah makan saat umat muslim melakukan puasa Ramadhan

MUI Payakumbuh Jelaskan Alasan di Balik Penolakan UAS

Sweeping-sweeping, jangan ada lah," kata Amirsyah Tambunan di Jakarta, Kamis, 31 Maret 2022. 

Tambunan juga menyatakan warung penjual makanan tak perlu tutup saat Ramadhan, hanya saja perlu diatur agar kegiatan ekonomi tetap berlangsung. 

UAS Ditolak Ceramah di Payakumbuh, Dituding Lakukan Politik Praktis

Baca juga: Bakal Keren, Ini Bocoran Wajah Baru Bandara Halim Perdanakusuma

“Kalau ada istilah tutup semua saat Ramadhan, tutup yang mana, harus jelas,” ujarnya. 

Jadi Kepala Badan Jaminan Produk Halal era Prabowo, Babe Haikal Hassan Bakal Lakukan Ini

Buya Amirsyah mengatakan munculnya pedagang saat Ramadhan justru bagus. Kondisi itu bakal menghidupkan perekonomian, utamanya usaha mikro kecil, yang lesu akibat dihantam pandemi COVID-19. 

Bahkan dia juga meminta pihak-pihak tertentu agar tidak melakukan sweeping terhadap tempat-tempat makan yang buka siang hari saat Ramadhan. 

Pemilik usaha harus menghargai orang yang sedang berpuasa, di saat yang bersamaan orang berpuasa juga mesti menghargai satu sama lain. 

“Apalagi ada sweeping-sweeping, jangan ada lah. Menurut hemat saya dicari strateginya, dibuat momentum yang pas sehingga di satu sisi tak mengganggu orang yang sedang berbuka. Di sisi lain, penjual makan bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan,” katanya. 

Ilustrasi berbuka puasa.

Photo :
  • U-Report

Sementara khusus untuk tempat hiburan, dia mengimbau untuk menutupnya sementara. “Sebaiknya tempat hiburan ditiadakan karena fokus untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan,” kata dia. 

Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas, mengatakan selama ini warung makan kerap menutup tempat makan menggunakan tirai saat Ramadhan, sehingga warga yang berpuasa tak akan tergiur dengan menu makanan di warung tersebut. 

Dia memandang pengalaman para pengelola tempat makan dalam memodifikasi tempat usahanya saat Ramadhan sudah arif dan bijaksana demi menghormati orang-orang yang menjalankan ibadah puasa. 

”Meskipun saat Ramadhan, ada kalanya orang Muslim berhalangan puasa, seperti musafir, sakit atau sedang haid nifas,” kata dia. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya