Vaksin Booster Jadi Syarat Mudik, Ahli Kesehatan: Tidak Realistis
- bbc
ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga
Warga antre untuk mengikuti vaksin COVID-19 dosis ketiga di RPTRA Bhineka, Swadarma, Jakarta, Kamis (24/3/2022).
"Atau alternatifnya, bisa melakukan suntik vaksinasi kedua dosis dua atau boosternya di tempat-tempat yang nanti disediakan pemerintah di jalur mudik ini," kata Menkes Budi Gunadi, yang menambahkan saat ini jumlah stok vaksin masih mencapai 80 juta, "Yang kita miliki masih empat bulan stok."
Namun, warga lain yang juga punya hajat untuk mudik, Novaeny, mengaku tak akan menggunakan fasilitas tersebut. Ia berencana berangkat satu minggu sebelum lebaran dari daerah Tangerang ke Yogyakarta dengan kendaraan pribadi.
"Kalau perjalanan darat suka capek aja gitu, apalagi kalau mudik, lebaran, kondisi ramai, sudah capek di jalan, booster di jalan nanti takuntya badan nge-drop gitu loh," kata Novaeny yang mengaku merasakan efek samping dari vaksinasi sebelumnya.
Untuk proteksi masyarakat
Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan tidak ada target khusus untuk vaksinasi dalam momentum mudik dan lebaran tahun ini. Kata dia, syarat vaksinasi ini "betul-betul [untuk] memberikan proteksi kepada masyarakat."
"Kita tidak ingin bahwa masyarakat yang melakukan perjalanan mudik, itu untuk sakit tertular, orang yang dikunjungi itu juga mengalami risiko," kata dokter Nadia.
Namun begitu, kata Nadia, "kita berharap setidaknya kalau bisa lakukan percepatan 30?ri masyarakat itu sudah vaksinasi booster lengkap pada akhir Mei. Pun untuk 70% vaksinasi keduanya, masyarakat bisa mendapatkan vaksinasi itu ditargetkan pada akhir Mei."
Laporan Kemenkes per Kamis (24/03) mencatat total vaksinasi nasional untuk kelompok rentan dan masyarakat umum dosis 1 sebesar 78,74%, vaksinasi dosis 2 mencapai 61,99%, dan vaksinasi dosis tiga atau booster sebesar 8,71%. Vaksinasi ini di luar dari kelompok anak, remaja, dan gotong royong.
Nadia mengakui terjadi perlambatan vaksinasi, khususnya booster belakangan ini. Menurutnya hal ini dikarenakan "masyarakat mungkin juga merasa sekarang ini sudah lebih aman, sehingga dorongan untuk mendapatkan vaksinasi booster tidak sebesar pada waktu kondisi sebelumnya.