Siapa Penggagas Serangan Umum 1 Maret 1949?
- bbc
Keputusan Presiden tentang Serangan Umum 1 Maret 1949, yang sempat menyulut polemik, didasarkan kajian atas sekitar 30 karya historiografi seputar peristiwa itu ” diantaranya buku `Gelora Api Revolusi` terbitan BBC Siaran Indonesia dan Gramedia (1986).
Tim sejarawan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, melakukan kajian guna menuliskan kembali sejarah peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 (selanjutnya disingkat SU 1 Maret 1949) secara "otentik dan kredibel".
Mereka menguji secara kritis arsip, foto, kesaksian para tokoh, buku-buku dan artikel seputar SU 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Hasil kajian inilah, atas permintaan Dinas Kebudayaan DIY, kelak menjadi landasan di balik lahirnya Kepres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara.
Dari sekitar 30 karya historiografi, buku `Gelora Api Revolusi, Sebuah Antologi Sejarah` itu dijadikan salah-satu rujukan untuk melacak siapa penggagas serangan itu.
Dalam buku itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX ” Menteri Pertahanan Republik Indonesia” untuk pertama kalinya menyebut dirinya sebagai penggagas serangan tersebut.
"Pernyataan pertama yang keluar di publik [tentang siapa penggagas Serangan Umum 1 Maret 1949], ya, wawancara dengan BBC Siaran Indonesia," ungkap Sri Margana, ketua tim kajian akademik SU 1 Maret 1949, Rabu (09/03).
"Jadi, itu untuk pertama kali Sri Sultan Hamengku Buwono XI menyatakan kepada publik tentang idenya dalam SU 1 Maret," tambahnya kepada BBC News Indonesia.
Dahulu BBC News Indonesia menggunakan nama BBC Seksi Indonesia dan BBC Siaran Indonesia yang fokus kepada siaran radio.
Buku `Gelora Api Revolusi, Sebuah Antologi Sejarah` memuat wawancara BBC Indonesia dengan lebih dari 30 ahli dan pelaku sejarah.
Berbagai wawancara di buku itu, awalnya, disiarkan selama sembilan bulan pada 1985 guna menyambut 40 tahun Kemerdekaan Indonesia.
Dan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah salah-satu yang diwawancarai. Dalam momen itulah, dia ditanya soal siapa penggagas SU 1 Maret 1949.
Baca juga:
Jawaban Sri Sultan berbeda dengan narasi dominan di masa itu yang terkesan seolah-olah serangan itu identik dengan Suharto, presiden Indonesia saat itu.
"Selama Orde Baru, ada kesan seolah-olah SU 1 Maret itu identik dengan Pak Harto saja," kata Margana. Padahal, dalam serangan itu tidak ada peran tunggal atau dominan, ujarnya.
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap sejumlah pusat pertahanan Belanda di Yogyakarta merupakan bagian penting sejarah modern Indonesia.