5 Kejadian Mengerikan Jika Bom Nuklir Jatuh di Indonesia
- Sputnik News
VIVA – Ada beberapa hal mengerikan yang terjadi jika bom nuklir dijatuhkan di Indonesia. Ada satu cara yang bisa memprediksi apa yang terjadi ketika bom nuklir dijatuhkan di Indonesia dengan memakai aplikasi Nukemap. Lewat aplikasi ini, pengguna bisa membayangkan atau mencoba "menjatuhkan" bom nuklir dengan berbagai ukuran di kota mana pun di dunia. Aplikasi ini juga menyediakan tampilan yang memperlihatkan dampak langsung jika sebuah bom nuklir dijatuhkan di sebuah kota. Pengguna aplikasi bisa mengetahui jumlah korban tewas, luka, hingga sebaran radiasi nuklir ke daerah sekitar lokasi jatuhnya bom.
Dilansir dari Livescience, Senin 7 September 2020, pada bulan Oktober 1961, Uni Soviet menjatuhkan bom nuklir paling kuat dalam sejarah di sebuah pulau terpencil di utara Lingkaran Arktik. Meskipun bom meledak hampir 4 kilometer di atas tanah, gelombang kejut yang dihasilkan membuat pulau itu datar seperti arena skating. Warga melihat kilat lebih dari 600 mil (965 km) jauhnya, dan merasakan panas yang luar biasa dalam 250 km dari titik pusat. Awan jamur raksasa bom itu naik hingga tepat di bawah tepi
Ledakan itu berasal dari bom RDS-220, yang juga dikenal sebagai Tsar Bomba. Hampir 60 tahun setelah ledakan bom yang memecahkan rekor itu, tidak ada satu pun alat peledak yang mampu menyamai kekuatan destruktifnya. Bom tersebut ribuan kali lebih kuat dibanding nuklir yang diledakkan oleh Amerika Serikat di atas Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II, dan mengerdilkan ledakan Castle Bravo, senjata nuklir paling kuat yang pernah diuji oleh Amerika Serikat, yang hanya menghasilkan 15 megaton (13 juta metrik ton).
Senjata nuklir mengandung sejumlah radiasi yang sangat intens yang terdiri atas berbagai zat berbahaya yang akan lepas ke udara begitu efek ledakan berakhir. Radiasi yang terlempar ke udara tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak. Disebutkan pada laman International Campaign to Abolish Nuclear Weapon (ICANW), radiasi yang dihasilkan oleh ledakan nuklir dapat membunuh atau membuat tubuh manusia yang terpapar menjadi panas. Diperkirakan sekitar 50 persen atau lebih manusia akan mati jika berada di zona ini dalam kurun waktu beberapa hari atau minggu.
Hal pertama yang akan terjadi ketika sebuah bom nuklir dijatuhkan di suatu tempat adalah ledakan yang akan menghancurkan segala sesuatu yang ada di bawahnya. Menurut laman Futurism, zona ledakan utama atau yang dinamai fireball ini memiliki radius 0.56 mil jika besar ledakan mencapai 150 kiloton. Zona ini ditandai dengan adanya nyala api super panas yang akan menghancurkan bangunan, benda, maupun makhluk hidup yang ada di bawahnya. Dapat dipastikan bagi manusia yang berada dalam zona ini tidak akan selamat dari dampak langsung ledakan nuklir ini.
Lalu, bagaimana jika bom nuklir dijatuhkan di Indonesia? Simak beberapa hal berikut ini:
1. Luluh lantakkan bangunan dalam radius yang lebih jauh
Berdasarkan aplikasi Nukemap, jika bom nuklir ini dijatuhkan tepat di kawasan Monumen Nasional maka korban tewas diperkirakan mencapai lebih dari 2 juta jiwa. Sementara korban luka diperkirakan tidak kurang dari 4,5 juta jiwa. Dampak ledakan bisa mencapai kawasan Kelapa Gading, Rawangun, hingga sekitar Daan Mogot.
Tak sedikit pula kawasan permukiman hancur, korban lukaberjatuhan, dan korban tewas di mana-mana. Semua akibat dihantam gelombang udara berkekuatan 5 psi dampak dari ledakan bom. Sementara radiasi panas yang bisa menyebabkan minimal luka bakar tingkat tiga mencapai kawasan seluas 547 kilometer persegi. Radiasi panas ini bisa dirasakan warga yang tinggal di sekitar bandara Halim Perdanakusumah, Pondok Indah, Ciledug, hingga ke perairan Teluk Jakarta yang jaraknya rata-rata 13-14 kilometer dari pusat ledakan.
2. Masalah kesehatan jangka panjang
Efek jangka panjang dari ledakan nuklir adalah masalah kesehatan berkepanjangan dan kehancuran lingkungan sekitar. Sebagian besar orang yang terpapar radiasi tidak akan bertahan, sedangkan yang selamat akan terkena berbagai penyakit mematikan seperti kanker. Selain itu, kerusakan genetik juga akan terjadi yang pada akhirnya akan menimbulkan kecacatan bagi yang terpapar langsung maupun keturunannya.
3. Pencemaran Lingkungan
Sedangkan untuk kerusakan lingkungan, daerah yang terkena radiasi nuklir tidak akan bisa dihuni oleh makhluk hidup dalam jangka waktu puluhan, bahkan ratusan tahun. Perubahan iklim pun dapat terjadi seketika selepas ledakan terjadi.
4. Thermal Radiation
Senjata termonuklir modern mampu memuntahkan bahan radioaktif hingga ke stratosfer yang mana merupakan bagian tengah atmosfer, sehingga memungkinkan dampak secara global. Tingkat radioaktif bergantung pada apakah bom nuklir diledakkan dalam sebuah ledakan di udara ataukah di atas tanah.
Selain itu, risiko radioaktif justru paling parah adalah 48 jam pasca ledakan. Buku bertajuk 'Nuclear War Survival Skills' di Oak Ridge National Laboratory juga menyebutkan ketiadaan hujan atau salju bisa menyebabkan materi radioaktif turun ke permukaan tanah lebih cepat.
Menurut buku yang sama, pada waktu 48 jam setelah ledakan, area yang terkena 1.000 roentgen (satuan radiasi ionisasi), hanya akan terpapar radiasi 10 roentgen per jam. Namun, separuh jumlah penduduk yang terpapar total radiasi sekitar 350 roentgen selama beberapa hari, kemungkinan besar akan meninggal akibat keracunan radiasi akut. Orang yang selamat pun tidak bebas dari bahaya, mereka mendapat risiko kanker selama sisa hidupnya.
5. Bencana Lingkungan
Ledakan bom nuklir bisa saja berdampak terhadap iklim. Sebuah analisis yang diterbitkan dalam 'The Bulletin of the Atomic Scientist' menerangkan, satu atau dua ledakan nuklir memang tidak memiliki efek global. Namun, ledakan 100 bom dengan ukuran yang sama seperti yang dijatuhkan di Hiroshima akan menurunkan suhu Bumi di bawah zaman es circa 1300-1800.
Sebagai gambaran, jika bom nuklir terjadi pada era modern ini, maka bisa terjadi perubahan iklim yang drastis dan tiba-tiba. Sewaktu zaman es kecil, suhu Bumi turun 2 derajat celsius. Pendinginan semacam itu bisa berdampak ke sektor tani dan suplai makanan.
Adapun ledakan bom nuklir terbesar di dunia terdapat di empat negara yaitu Tsar Bomba yang diledakkan oleh Uni Soviet pada tahun 1961. Lalu, Test 219 yang juga diledakkan oleh Uni Soviet pada tahun 1962. Kemudian, Test 147 yang diledakkan kembali oleh Uni Soviet pada 5 Agustus 1962. Masih ada lagi bom nuklir yang diledakkan Uni Soviet yaitu Test 173 dengan kekuatan 19,1 megaton di atas kepulauan Novaya Zemlya. Terakhir, ledakan bom nuklir terbesar di dunia yaitu Castle Bravo yang diledakkan oleh Amerika Serikat pada 1 Maret 1954 silam. Bom yang diledakkan di permukaan tanah tersebut merupakan ledakan senjata nuklir paling kuat kelima dalam sejarah. Dengan demikian, begitu banyak bangunan yang luluh lantak dan efek radiasi lainnya yang terjadi karena peristiwa peledakan bom nuklir tersebut.