Konsep Kota Spons IKN Sudah Dipakai Anies di Jakarta, Ini Buktinya
- Antara
VIVA – Presiden Joko Widodo buka-bukaan soal konsep awal Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Mengingat tingginya ekspektasi dan aspirasi publik terkait IKN, Jokowi menegaskan bahwa pembangunan IKN tidak bisa dilakukan seperti proyek biasa, butuh pendekatan non-business as usual -- melibatkan kinerja tim terbaik, perencana dan perancang kota, arsitek, insinyur, ahli lingkungan, sosial, ekonomi, budayawan, seniman.
IKN juga diharapkan dapat merespons komitmen Indonesia dalam penanggulangan iklim yang terlihat melalui pencapaian dan pengelolaan berbagai indikator menuju net zero carbon dan 100 persen energi baru dan terbarukan di tahun 2060. Bebas banjir, 70 persen area hijau, pengurangan tamperatur 2 derajat, mobilitas singkat hingga transportasi publik ramah lingkungan.
Salah satu konsep yang diusung IKN adalah elemen kota spons yang diterapkan secara luas di IKN. Konsep ini untuk mengembalikan siklus alami air yang berubah karena pembangunan.Â
Penerapan konsep ini akan memberikan manfaat pemanenan air untuk tambahan ketersediaan air dan pengurangan bahaya banjir, manfaat pemurnian air dan pelestarian ekologi, efisiensi sistem sumber daya, serta manfaat rekreasi bagi masyarakat.Â
Dalam lampiran II UU IKN, menyebutkan bahwa Kota spons mengacu pada kota yang berperan seperti spons yang mampu menahan air hujan agar tidak langsung melimpas ke saluran-saluran drainase dan yang mampu meningkatkan peresapan ke dalam tanah sehingga bahaya banjir dapat berkurang serta kualitas dan kuantitas air dapat meningkat melalui penyaringan tanah dan penyimpanan dalam tanah (akuifer).
Implementasi kota spons dilakukan dengan menggunakan 3 prinsip. Yang pertama yakni mengurangi limpasan permukaan. Kedua, memaksimalkan Peresapan Air hujan dan ketiga Pemanenan Air Hujan.
Konsep pengendalian air model ini sebenarnya sudah diterapkan di Jakarta dibawah pimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sejumlah wilayah di DKI, salah satunya yakni di wilayah Jakarta Timur, telah membangun rain garden dan bioswale di atas ruang terbuka hijau (RTH) untuk mengatasi banjir di musim hujan.
Rain garden adalah taman dengan vegetasi yang didesain untuk mengumpulkan limpasan air hujan. Sedangkan Bioswale merupakan saluran vegetasi untuk mengendalikan limpasan air hujan berbentuk linear atau memanjang.
Pemerhati Tata Kota, Elisa Sutanudjaja mengatakan, bahwa konsep peresapan air yang digunakan di Ibu Kota Baru ini telah digunakan di Jakarta. Dalam aturan tersebut, Pemerintah menggunakan istilah lain namun memiliki arti yang sama.
"Kalau tweeps mau tahu seperti apa bioswale dan rain garden dan segala jargon2 di skrisot itu, ada contohnya di Jakarta," ujar Elisa
Rain Garden dan Bioswale di Jakarta
Konsep rain garden dan bioswale seperti yang dibangun di sejumlah titik di Jakarta Timur diklaim sebagai terobosan baru mengantisipasi banjir dan genangan, dengan memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk dijadikan daerah resapan air.
Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Timur membuat rain garden dan bioswale, yakni sistem rembesan air hujan alami yang dikemas secara natural untuk mengatasi banjir, dengan terdapat estetika tanaman hias, sehingga kondisi ekologi di lingkungan dapat optimal.
Kasudin Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Timur, Christian Tamora Hutagalung, mengatakan pemerintah DKI Jakarta membuat terobosan guna mencegah banjir dan genangan dengan konsep rain garden dan bioswale.Â
Rain garden dibuat berupa area cekungan yang berbentuk taman dengan berbagai media tanam. Sementara, Bioswale sendiri merupakan saluran vegetasi dan depresi untuk mengendalikan limpasan air hujan yang berbentuk linear atau memanjang dan dihubungkan dengan saluran kota.
Adapun rain garden dan bioswale dibuat di 10 titik kecamatan wilayah Jakarta Timur. Diantaranya, Jalur Hijau Jalan Jendral Basuki Rahmat, Jalan Dr. Soemarno, Jalan DI. Panjaitan, Jalan Kedondong, Jalan Alu-Alu, Jalan Ahmad Yani, Jalan Mayjen Sutoyo Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jalan Pulo Mas, dan Jalan Persahabatan Utara.
Christian  berharap konsep pembuatan rain garden dan bioswale ini selain memperindah tata kota juga mampu mengurangi potensi banjir serta mampu memberi manfaat saat musim kemarau tiba.
"Konsep ini agar dapat diikuti oleh seluruh masyarakat, sehingga kondisi air tanah dapat terjaga baik," ungkapnya dilansir portal resmi Pemkot Jakarta Timur.
Pembangunan rain garden dan bioswale ini pun dibangun di kawasan Jakarta lainnya, seperti RTH Jakan Musi, Cideng, Jakarta Pusat, di depan Gedung Manggala Wanabakti, di median Jalan Tambak, median Jalan Industri.
Kemudian di RTH Jalan Senen Raya, bawah Fly Over Karet Bivak, Jalan Taman Tanah Abang Timur, serta Taman Biotrans Cempaka Putih. Selanjutnya di area jalur hijau di Jalan Joglo Raya, Kembangan, Jakarta Barat.Â