Tokoh NU Minta Evaluasi Pejabat Pemda terkait Kasus Wadas

Pengasuh Pondok Pesantren Majiul Jami Kaliurip, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Muqorobin Bakir (Gus Robin)
Sumber :
  • ANTARA/Heru Suyitno

VIVA – Tokoh Nahdlatul Ulama Kabupaten Purworejo, Muqorobin Bakir (Gus Robin), meminta sejumlah pejabat pemerintah daerah dievaluasi karena diduga sengaja membiarkan kekisruhan yang menimbulkan konflik sosial di Desa Wadas.

Polisi Tetapkan 3 Tersangka Kasus Pemerkosaan Kakak Adik di Purworejo

Gus Robin, yang juga Wakil Rois Syuriah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Bener, di Purworejo, Jawa Tengah, Jumat, 18 Februari 2022, mengatakan bahwa Desa Wadas kini menjadi isu nasional yang sensitif dan berbahaya.

"Bisa dikatakan warga Wadas adalah 100 persen warga NU. Saya tidak rela melihat mereka dipecah belah dan terjadi konflik sosial. Menjerit hati ini, saya tidak bisa diam," kata pengasuh Pesantren Majiul Jami Kaliurip, Bener, Purworejo ini.

Gus Salam Bilang MLB NU Rencananya Bakal Digelar di Surabaya

Menurut dia, warga terjebak pro dan kontra penambangan batu andesit sebagai material fondasi Bendungan Bener yang akan menjadi bendungan tertinggi di Asia Tenggara dengan kedalaman 159 meter.

Diobok-obok

Polda Jateng Ambil Alih Kasus Kakak-Adik Diperkosa 13 Pria di Purworejo, Ini Alasannya

Bendungan Bener ditargetkan selesai pada tahun 2023. Namun, pembangunan terancam molor karena fondasi utama hingga kini belum digarap akibat material batu andesit belum ada. Batu andesit akan didatangkan dari Desa Wadas yang jaraknya 12 kilometer dari lokasi Bendungan Bener di Desa Guntur, Kecamatan Bener, Purworejo.

"Warga Wadas diobok-obok pihak luar sejak 2016 hingga kini. Mereka sudah terjebak konflik sosial. Kasihan betul keadaannya. Tolong jangan ditutup-tutupi kondisi ini,” katanya.

Polisi bersenjata siaga di Desa Wadas, Purworejo pada Selasa, 8 Februari 2022

Photo :
  • tvOne

Konflik sosial yang dimaksud adalah masyarakat Desa Wadas terbelah pada dua kubu, pro dan kontra penambangan batu andesit. Jika dibiarkan, menurut dia, bisa terjadi konflik berdarah.

"Hal Ini tidak bisa dibiarkan terus, sangat berbahaya. Jangan sampai pemerintah baru bertindak setelah jatuh korban jiwa," katanya.

Menurut dia, jika sampai terjadi korban jiwa, akan sangat memalukan masyarakat NU karena bisa dikatakan 100 persen warga Wadas adalah kaum nahdiyin yang selama ini dikenal menjunjung tinggi ukuwah Islamiah dengan rajin bersilaturahmi.

"Keadaan sosial masyarakat Wadas kalau begini terus keadaannya, bisa meledak sewaktu-waktu," katanya

Tutup mata

Ia menilai aparat pemerintah daerah seakan tutup mata dan membiarkan kekisruhan terjadi di Desa Wadas. Pembiaran terjadi dengan banyak orang luar masuk berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.

"Hal itu ada aturannya, tamu wajib lapor 1x24 jam. Ini bukan 1x24 jam lagi, bahkan berhari-hari dan berbulan-bulan. Banyak sekali orang luar tinggal di Wadas selama beberapa tahun terakhir ini dan dibiarkan saja," katanya.

Gus Robin berharap masalah Wadas segera selesai karena jika berlarut-larut berpotensial terjadi konflik horisontal.

Agar warga Wadas bersatu kembali, kata dia, perlu diadakan kegiatan keagamaan dan sosial budaya yang dihadiri warga Wadas dari dua kubu. Dengan demikian, sekat-sekat pro dan kontra sedikit demi sedikit bisa terbuka. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya