Kasus COVID-19 Anak di Sumatera Barat Meroket Tajam

Ilustrasi Swab Test COVID-19
Sumber :
  • VIVA/ Fajar Sodiq

VIVA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Barat merilis, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumbar, kasus Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 untuk kelompok anak-anak, meroket tajam. Tercatat sejak Januari 2022 hingga saat ini, sudah 204 anak kelompok usia 0 hingga 18 tahun di Sumatera Barat yang sudah terinfeksi COVID-19.

KPAI Sebut Anak-anak Rentan Jadi Objek Politik Selama Tahapan Pilkada 2024

“Ada penambahan kasus yang cukup signifikan pada anak-anak kita sejak Januari 2022 hingga kini,” kata Ketua IDAI Sumatera Barat DR. Dr. Finny Fitry Yani, Senin, 14 Februari 2022.

Melihat fakta semakin bertambahnya kasus COVID-19 pada anak-anak, kata Finny, IDAI Sumatera Barat mengimbau baik orang tua maupun pihak sekolah untuk benar-benar memastikan protokol kesehatan diterapkan dengan sebaik mungkin.

Israel Tahan 270 Anak Palestina dengan Kondisi Memprihatinkan, Menurut Komisi Urusan Tahanan

Ilustrasi Vaksin Covid-19

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Lalu, lakukan segera vaksinasi pada anak-anak. Jika anak bergejala demam, batuk atau flu, untuk tidak ikut proses belajar mengajar tatap muka di sekolah. Jika ada kasus positif di sekolah, segera lakukan tracing dan swab kepada anak-anak yang kontak erat dengan kasus terkonfirmasi.

UNRWA: Gaza Telah Menjadi Kuburan bagi Anak-anak Palestina

Selain itu, kata Finny, IDAI juga menganjurkan anak-anak untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi seperti konsumsi protein hewani dan tetap, menciptakan suasana optimis dan gembira pada anak-anak.

Terkait apakah IDAI Sumatera Barat akan melakukan monitoring ke sekolah-sekolah untuk memastikan prokes dijalankan dengan baik dan benar, Finny belum bisa memastikan itu. 

Menurutnya, anggota IDAI adalah dokter-dokter anak yang tugas utamanya di rumah sakit. Jika harus turun ke lapangan maka dibutuhkan waktu luang agar pelayanan di rumah sakit tidak terbengkalai.

“Ya, pada beberapa kesempatan, kita akan bisa ikut serta. Tetapi tidak bisa rutin, mengingat tanggung jawab utama adalah di rumah sakit. Apakah akan keluar rekomendasi tatap muka berganti dengan virtual? rekomendasi selanjutnya nanti sesuai dengan perkembangan kondisi kasus,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya