Kisah Pasangan Muda Tinggalkan Kota Demi Mendidik Anak Pelosok Papua
- bbc
Setelah ekspedisi dan proses yang panjang, Adit dan Putri akhirnya memulai misi mereka di Kampung Kosarek pada Oktober 2018.
Ini adalah keputusan besar yang membuat mereka harus tinggal jauh dari keluarga, meninggalkan segala fasilitas dan kenyamanan di kota.
Misi itu mereka mulai bermodal uang tabungan pribadi. Rumah pertama yang mereka tempati di Kosarek adalah sebuah bangunan sederhana berdinding kayu yang telah belasan tahun tidak dihuni.
Mendapatkan kebutuhan pokok tidak lagi semudah datang ke toko terdekat. Bahan-bahan pokok harus mereka datangkan dari kota menggunakan pesawat, dengan biaya lebih mahal.
Sumber listrik bergantung pada panel surya, dan pada saat itu, belum ada sambungan internet yang bisa menghubungkan mereka dengan dunia luar. Tetapi tekad mereka lebih kuat di tengah segala keterbatasan itu.
"Kami benar-benar nekat. Kami tidak ada pengalaman misionaris, tidak ada pengalaman crowdfunding, cari dana atau apa pun. Kami hanya komitmen ke Tuhan," kenang Adit.
Pada masa-masa awal di Kosarek, Adit dan Putri mengasuh Sekolah Minggu sebanyak dua kali dalam sepekan, mengajarkan literasi dasar dan alkitab untuk anak-anak usia dini.
Mereka juga melatih dan mendampingi pemuda setempat yang dulunya putus sekolah untuk menjadi tutor belajar bagi anak-anak yang lebih muda.
Seiring berjalannya waktu, Adit dan Putri akhirnya mendirikan rumah belajar, yang dalam bahasa Mek mereka sebut sebagai Mome Lemnep Ae Kosarek.
Berawal di sebuah bangunan sederhana berdinding kayu dan beralas rumput, Mome Lemnep Ae menjadi tempat pertama bagi anak-anak Kosarek untuk menimba ilmu setelah belasan tahun lamanya.
Di Mome Lemnep Ae, anak-anak mendapat pelajaran agama, matematika, dan bahasa. Tetapi, materi pelajaran disampaikan dengan cara yang variatif seperti melalui dongeng, permainan, kuis berhadiah, dan lagu.
"Saya bikin video hari pertama belajar di alas rumput. Untuk pertama kalinya mereka merasa kita belajar, tapi kayak main," kenang Putri.
Baca juga:
Natal dan cerita perantauan anak-anak Intan Jaya: `Di kampung ada perang, mama dan bapak lari ke hutan`
Anak pengungsi luar negeri masuk sekolah formal di Indonesia: `Di dunia ini setiap orang berhak mendapat pendidikan`
Ketika murid-muridnya hendak belajar menulis atau menggambar, maka Adit dan Putri akan mengajak mereka menyanyikan lagu yang liriknya berupa instruksi untuk melakukan gerakan jari ringan sebagai pemanasan.
Lagu itu diciptakan sendiri oleh Adit dalam bahasa Mek, sehingga anak-anak mampu memahaminya dengan baik.