Kisah Korban Kekerasan Seksual Usia Dini: 'Trauma Dibawa Sampai Mati'
- bbc
"Semakin muda (usianya) bisa jadi semakin besar faktor traumanya dibandingkan, yang mungkin, sudah lebih dewasa. Semakin banyak tekanannya, semakin besar juga traumanya. Semakin lama, misalnya ada yang bertahun-tahun dibandingkan dengan yang satu satuan waktu, tentu akan lebih besar (traumanya)," kata Kasandra.
Sayangnya, kebanyakan korban kekerasan seksual tidak bisa pulih sepenuhnya dari trauma mereka. Seperti yang terjadi pada Adira dan Bayuni.
"Kebanyakan iya (tidak bisa pulih) dan itu akan memakan waktu yang sangat lama, untuk proses pemulihan trauma. Apalagi kalau ada dampak yang ditimbulkan, misalnya hamil, punya anak, dan harus mengurus anaknya pula. Padahal anak ini adalah anak dari orang yang dia benci.
"Itulah mengapa solusi menikahkan korban dan pelaku, itu bukan solusi. Itu justru melanggengkan kekerasan," ujar Kasandra.
Belakangan ini beberapa kasus kekerasan seksual terhadap anak menguak ke permukaan.
Seorang guru sekaligus pemimpin pondok pesantren dituduh memperkosa 13 santriwati sampai hamil dan melahirkan, satu keluarga diduga memperkosa dua bocah di Padang, remaja 14 tahun mengaku diperkosa dan dijadikan budak seks di Bandung, dan deretan kasus lainnya.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat pada 2021 terdapat 6.547 kasus kekerasan seksual pada anak. Itu pun yang tercatat.
Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengatakan kasus-kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak merupakan fenomena gunung es.
Hal yang sama juga dikatakan psikolog Kasandra. Dia mengatakan masih banyak kasus kekerasan seksual yang tidak diungkapkan atau dilaporkan dan korbannya tidak mendapatkan keadilan.
Meli (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu korban kekerasan seksual. Dia berharap Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS) bisa mengakomodasi pelayanan pemulihan para korban kekerasan seksual.