Eijkman Riwayatmu Kini

Lembaga Eijkman
Sumber :

VIVA – Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, resmi dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lembaga yang sudah berdiri sejak 1888 itu, segala aktivitas hingga menyangkut sumber daya manusia di dalamnya, kini dinaungi badan yang baru dibentuk era Presiden Joko Widodo tersebut.

Eijkaman sebelumnya berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (sebelum peleburan adalah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi).

"Terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungan selama 33 tahun Lembaga Eijkman berkiprah dalam pengembangan penelitian Biologi Molekuler Kesehatan & Obat di Indonesia dan dunia.
Mari jaga spirit & etos kerja dimanapun kita berada. #EijkmanForIndonesia #KamiPamit," tulisnya dalam akun twitter @eijkman_inst pada 2 Januari 2021.

Eijkman harus melebur ke dalam BRIN, karena sudah menjadi amanat dari peraturan perundang-undangan. Presiden Jokowi saat awal pembentukan badan ini menjelaskan, BRIN dipisah dari kementerian agar proses penelitian dan pengembangan yang dilakukan lebih bisa terintegrasi. 

Sehingga jauh ke depan, badan ini menjadi tempat semua penelitian dan pengembangan teknologi serta pengembangan inovasi. Maka semua lembaga penelitian termasuk di bawah kementerian, dilebur ke dalamnya. Termasuk lembaga independen lainnya seperti LIPI, LAPAN, BATAN, maupun BPPT.

"Dengan terintegrasinya Kemristek dan empat LPNK (Lembaga Pemerintah Nonkementerian) ke BRIN, status LBM Eijkman telah kami lembagakan menjadi unit kerja resmi yakni Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman di bawah Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati,” kata Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, dalam keterangannya.

Eijkman Saat Pandemi COVID-19
Di saat COVID-19 mengguncang dunia, menyebar cepat ke berbagai negara hingga terdeteksi di Indonesia pada awal 2020, LBM ini juga ikut membantu pemerintah. Tim yang dibentuk adalah tim WASCOVE. Tim ini cukup berperan dalam melakukan deteksi dan penelitian virus COVID-19 ini.

Tim ini juga yang melakukan penelitian plasma konvalesen. Seperti diketahui, plasma ini ternyata cukup efektif bagi penderita COVID-19 untuk mengurangi tingkat kefatalan. Terutama pasien COVID yang bergejala berat. Maka donor konvalesen cukup membantu saat kasus positif di Tanah Air melonjak.

Guru Besar Unpad Paparkan Hasil Riset Produk Tembakau Alternatif bagi Kesehatan Gusi

Lembaga ini juga ikut serta dalam proses pengembangan Vaksin Merah Putih. Yakni vaksin yang dikembangkan di dalam negeri, bersama-sama dengan sejumlah universitas. Dengan vaksin buatan sendiri, membuat kita tidak tergantung pada vaksin dari luar negeri.

Pro dan Kontra
Peleburan Eijkman yang kini berada di bawah BRIN, tentu saja menimbulkan pro dan kontra. Perubahan yang terlihat saat ini adalah ratusan pegawai terpaksa tidak bisa melanjutkan karirnya di Eijkman. Ada 113 orang, imbas dari peleburan ini. 

Peneliti Ungkap Tantangan dan Peluang Besar Transformasi Sistem Pangan Berkelanjutan di Indonesia

Terutama mereka yang periset sebagai honorer, tidak bisa dibawa serta usai Eijkman dilebur. Karena peleburan itu membuat adanya perubahan manajemen. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur BRIN itu sendiri.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, memang ada konsekuensi bagi peneliti honorer di Eijkman. Mereka tidak bisa ikut lagi ke dalam BRIN. Tetapi menurutnya, ada opsi yang ditawarkan.

Produksi Bahan Baku Baterai EV dari Batu Bara, Bukit Asam Gandeng Produsen China

"Untuk itu BRIN telah memberikan beberapa opsi sesuai status masing-masing," katanya.

Laksana Tri Handoko juga mengatakan, dengan peleburan Eijkman ke dalam BRIN ini, memberi kepastian dan fasilitas yang layak bagi PNS periset. Karena sebelumnya Eijkman bukan lembaga resmi dari pemerintah, dan juga hanya unit proyek di kementerian terkait.

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban, mengutarakan rasa cemas dan prihatinnya kepada Eijkman. Itu diunggahnya setelah lembaga tersebut dilebur ke BRIN. Meski tak menyebut secara eksplisit, Prof Beri biasa ia disapa, menginginkan budaya kerja Eijkman nanti tetap harus dipertahankan.

"Prihatin dan cemas melihat kondisi Eijkman dan orang di dalamnya saat ini. Eijkman adalah sejarah. Warisan ilmiah. Salah satu yang terbaik dengan banyak publikasi internasional. Sepatutnya dihormati. Manajemen baru harus mempertahankan cara kerja Eijkman yang sudah terbukti itu," kata Prof Beri, dalam akun twitter miliknya.

Dengan pengalaman panjang dan memiliki sejarah yang kuat selama ini, tentu kiprah Eijkman tetap akan selalu ditunggu. Termasuk dengan manajemen baru di bawah BRIN saat ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya