Kaleidoskop 2021: Vaksin Nusantara, Dijegal BPOM Didukung Elite
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – Vaksin Nusantara garapan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang digadang-gadang sebagai vaksin COVID-19 pertama buatan anak bangsa memicu kontroversi sepanjang tahun 2021. Tak pelak, pro kontra soal vaksin Nusantara ini mencuat, didukung banyak tokoh dan pejabat penting negeri ini tapi di sisi lain izinnya tak dikunjung diberikan Badan POM.
Kontroversi berawal ketika Vaksin Nusantara disebut telah dikembangkan di Amerika Serikat dan diproyeksikan menjadi barang eklusif. Namun, dengan perkembangan situasi, kini Vaksin Nusantara ditargetkan menjadi booster dosis ketiga untuk vaksinasi pada 2022 dalam memutus mata rantai penularan COVID-19.
Juru bicara (Jubir) Vaksinasi COVID-19, Siti Nadia Tarmizi menerangkan rencana tersebut masih menunggu hasil kajian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Nadia memastikan, belum ada keputusan resmi dari Kemenkes vendor mana yang akan digunakan.
"Belum ada petunjuk teknis termasuk untuk vaksin Nusantara, kita tunggu kanian ITAGI," ujar Nadia kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Masih Kontroversi
Vaksin Nusantara yang digagas Letnan Jenderal TNI (Purn) dr. Terawan Agus Putranto ini dapat dipastikan melalui uji klinis fase II. Peneliti utama Vaksin Nusantara, dr. Jonny menjelaskan, terdapat 227 subyek saat skrining terbagi atas 149 inklusi dan 78 eksklusi.
Pada kelompok inklusi ada yang 9 gagal skrining karena beberapa diantaranya IgG dan PCR positif dan kemudian pada pekan berikutnya menyelesaikan penelitian 136 subyek.
"Kejadian yang tidak diinginkan derajat ringan, didapatkan 21 atau 15,44% mengeluhkan 24 reaksi lokal pegal, memar, kemerahan dan gatal. Paling banyak adalah pegal dititik penyuntikan," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu 16 Juni 2021.
Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay mengatakan vaksin Nusantara sebagai produk dalam negeri seharusnya mendapatkan perhatian pemerintah seperti disampaikan Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia harus mengutamakan produknya sendiri.
"Tidak ada muatan politik sedikit pun. Saya berharap kedaulatan dan kemandirian Indonesia dapat terjamin dalam bidang kesehatan dan pengobatan. Saya yakin, momentum COVID-19 bisa menjadi pintu masuk," katanya beberapa waktu lalu.
Didukung Para Elite
Vaksin Nusantara di tengah kontroversinya pun ternyata menarik perhatian para elite. Salah satunya, Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie menjadi relawan pertama untuk disuntik vaksin nusantara yang diprakarsai oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Meski izin vaksin nusantara belum dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tapi Aburizal Bakrie dalam keadaan baik-baik saja setelah disuntik vaksin nusantara pekan lalu. "Alhamdulillah sehat-sehat aja," kata Juru Bicara Aburizal Bakrie, Lalu Mara Satria Wangsa kepada VIVA pada Selasa, 13 April 2021.
Selain Aburizal Bakrie, politisi asal Jawa Barat Anggota DPR RI Dedi Mulyadi pun menyatakan dukungan terhadap Vaksin Nusantara dengan menjadi relawan uji klinis. Seperti diketahui sejumlah tokoh sepertieks Menkes Siti Fadilah Supari, Anang Hermansyah, Ashanty dan sejumlah Pimpinan-Anggota DPR RI telah menjalani proses vaksinasi Vaksin Nusantara.
"Saya justru mendukung vaksin nusantara hasil karya dr Terawan ini. Siap saya. Siap disuntik Vaksin Nusantara," ujar Dedi Mulyadi dalam keterangan persnya, Sabtu 17 April 2021.
Menurutnya kontroversi vaksin buatan Terawan lumrah terjadi karena sejak dulu Terawan berani melakukan dobrakan dalam ilmu kedokteran dan berhasil menyembuhkan pasiennya. "Di Indonesia banyak orang out of the box yang seluruh karyanya sering kali kandas pada aspek-aspek administratif struktural," katanya.
Terawan Optimis
Terawan menegaskan jika vaksin buatannya ini dipastikan dapat menghentikan Pandemi virus corona atau COVID-19.
"The begining the end cancer and covid-19, Artinya apa? dunia sepakat punya hipotesis bahwa yang akan menyelesaikan hal ini, covid-19 adalah dendritik sel vaccine immunoterapy atau vaksin nusantara," ujar Terawan dalam webinar tersebut yang dikutip VIVA, Senin 19 Juli 2021.
Terawan memastikan ciptaannya itu menjadi antigen artificial atau antigen rekombinan dari COVID-19 sarscov2. "Artinya apa? artinya kita bisa menyesuaikan kapan saja mau mutasi kaya apa bisa kita sesuaikan. Dampaknya apa? ketahanan, kesehatan nasional menghadapi pandemi ini bisa kita atasi dengan membuat imunitas yang baik untuk setiap warga negara," katanya.
Terawan yang merupakan Mantan Kepala RSPAD ini menerangkan, vaksin ini seharusnya bisa diproduksi massal.
"Urusan massal itu simpel sekali. itu urusan inovasi yang gampang sekali kita buat. sangat simpel buatnya. penyimpanannya juga tidak membutuhkan inkubator khusus. Secara teknis sangat simpel buatnya. Yang penting sekarang ini adalah kita mempublish, mempublikasikan sebagai evidence, itu kuncinya," kata dia.
"Jadi bayangkan kita sudah punya teknologinya kita tinggal kembangkan dan kita akan menjadi negara pertama yang mengembangkan dendritik sel vaccine immunoterapy yang dunia juga sudah menyetujui menghipotesiskan untuk menjadi the begining of the end, mulai mengahiri covid-19," tambahnya.
Bagaimana nasib Vaksin Nusantara di tahun 2022. Simak terus perkembangannya di VIVA.co.id.