Menkes Sebut Vaksin yang Ada Kurang Ampuh Cegah Penularan Omicron
- VIVA.co.id/ Willibrodus
VIVA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut vaksin-vaksin yang ada saat ini tak cukup ampuh dalam mencegah penularan virus COVID-19 varian Omicron. Budi mengatakan, vaksin COVID-19 itu memcegah 3 hal yakni mencegah tertular, mencegah dampak masuk rumah sakit, dan mencegah kematian.
Menurut Budi, vaksin saat ini memang kurang berhasil untuk mencegah penularan Omicron. Sebab, diketahui Omicron merupakan varian yang tingkat penularannya cukup cepat.
"Vaksinasi itu mencegah tiga hal yang paling hulu dia mencegah tertular yang ditengah. Dia mencegah masuk rumah sakit, yang paling hilir dia mencegah wafat begitu. Yang selama ini kita lihat bahwa Omicron ini vaksin-vaksin yang ada kurang berhasil mencegah di hulu. kurang berhasil mencegah agar tidak tertular," kata Budi, Selasa 28 Desember 2021.
Namun, dia mengatakan, vaksin yang ada saat ini cukup berhasil mencegah keparahan dari dampak yang timbul. Dengan demikian, pasien yang tertular tidak sampai dirawat ke rumah sakit. Pun, vaksin yang ada saat ini juga terbukti berhasil mencegah pasien meninggal akibat serangan COVID-19.
"Kalau saya ditanya yang penting mana, buat saya sebagai manusia dan saya rasa hampir semua manusia pendapatnya sama mendingan mana antara tertular, masuk rumah sakit atau mendingan wafat. Saya rasa mungkin mendingan tertular," ujar Budi.
Budi mengatakan kembali pentingnya vaksin untuk mengatasi pandemi ini. Kemudian, ia bicara kemungkinan diberikannya vaksin booster kepada masyarakat. Sebab, Pemerintah ingin memberikan proteksi yang cukup untuk masyarakat.
"Kalau yang semua rakyat Indonesia sudah terlindungi dari wafat dan masuk rumah sakit, ya kemudian teman-teman kita yang sudah beruntung dapat satu kali, dua kali ya kita berikan booster," jelasnya
"itu sebabnya kenapa WHO juga memberikan guidence yang string kalau bisa diusahakan sudah 70 persen suntik pertama dan 50 persen suntik kedua dari target populasi," tuturnya.
Omicron saat ini sudah masuk RI dengan mencatatkan 47 kasus hingga per Selasa, 28 Desember 2021. Dari angka tersebut, 46 kasus merupakan kasus impor dan satu diketahui transmisi lokal.