Said Aqil: Pakai Peci dan Sarung, Orang Kenali Islam Tak Harus Arab
- VIVA.co.id/Syaefullah
VIVA – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH. Said Aqil Siradj menyebut ada lima jenis kekayaan yang menjadi kebesaran bangsa Indonesia. Kekayaan pertama adalah sumber daya sosial yakni 17 ribu lebih pulau, 300 etnis, 1.340 suku bangsa, dan 1.211 dialek bahasa adalah fakta keragaman dan kemajemukan bangsa ini.
"Kemajemukan yang disatukan di bawah tenda besar Pancasila dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Di tenda besar itu, ormas-ormas keagamaan berperan sebagai semen perekat sosial," kata Said Aqil Siradj di Pondok Pesantren Darussa'adah, Lampung Tengah, Rabu, 23 Desember 2021.
Kedua adalah simbolis. Kata dia, bangsa ini amat kaya dengan kemandirian simbolik. Buah dari interaksi global-lokal adalah produk-produk kebudayaan yang dinyatakan dalam simbol-simbol yang hidup dalam keseharian.Â
"Namun demi keringkasan, izinkan saya meminjam sarung dan peci yang Anda sekalian pakai. Kita semua langsung paham bahwa sarung dan peci itu adalah simbol identitas Islam," katanya.
"Dalam sekali tarikan napas, melalui peci dan sarung, orang langsung mengenali Islam tak harus Arab. Alhamdulillah, kita juga senang peci menjadi busana nasional. Siapapun bisa memakainya, bahkan oleh saudara-saudara kita yang non-muslim," sambungnya.
Kekayaan ketiga, adalah budaya. Di satu sisi, kebudayaan nusantara membuka diri pada interaksi dan kolaborasi dengan kebudayaan global asing. Di sisi lain, kebudayaan setempat atau lokal menjadi identitas, napas, dan aktualisasi nilai-nilai.
"Di negeri ini, Islam Nusantara menjadi bukti dari kematangan hadlarah. Islam Nusantara matang karena ia menggunakan budaya sebagai infrastruktur utamanya," katanya.
Kemudian, kekayaan keempat adalah kekayaan material. Indonesia punya potensi sumber daya alam yang luar biasa. Daratannya dipenuhi hutan-hutan penopang paru-paru dunia, di bawahnya
terkandung kekayaan mineral yang banyak.
Lautannya mengandung potensi ekonomi biru tiada tara, di bawahnya tersimpan bukan hanya ikan, tetapi cadangan migas dan mineral yang berlimpah.
Maka, yang dibutuhkan adalah SDM unggul, yang mampu mengolah kekayaan alam itu sebagai modal pembangunan. Orientasi kebijakan pemerintah adalah pembangunan sekaligus pemerataan. Tidak hanya menggenjot pertumbuhan (growth) tanpa memperhatikan ketimpangan.
"Pemerataan distribusi kesejahteraan adalah prasyarat mutlak terciptanya perdamaian," katanya.
Kekayaan kelima adalah sumber daya politik. Menurutnya, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga dan negeri muslim terbesar di dunia. Indonesia bukan negara agama, tetapi negara Pancasila yang menaungi semua pemeluk agama.
"Islam berjalan seiring dengan demokrasi, stabilitas politik, dan pertumbuhan ekonomi. Memang bukan hal yang mudah. Bangsa ini sudah diuji oleh berbagai prahara sejarah," katanya.
Menurut dia, setiap kali jatuh, bangsa ini bangkit lebih tinggi lagi. Dan dari sana kita yakin bahwa sepanjang cara kita mengelola demokrasi didasari kemaslahatan bersama, kemauan untuk mendengar, kejernihan akal-budi, dan kelapangan hati untuk menerima perbedaan, maka bangsa besar ini akan semakin terhormat dan bermartabat.
"Dan pada saatnya nanti, aktif berkiprah dalam mendorong dunia yang lebih damai, aman, dan beradab," katanya.
Â