Manfaatkan Teknologi dan TI, Solusi Pengusaha di Masa Pandemi

Ilustrasi bisnis.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pandemi covid-19 merupakan keadaan di luar perkiraan semua orang. Tak terkecuali dengan pelaku usaha. Kondisi tersebut membuat ekosistem bisnis offline hancur.

Asah Pengalaman, Siswa Jago IT asal Indonesia Keliling Tiga Negara untuk Mengajar

Ini menyusul banyaknya aturan yang membatasi ruang gerak pelaku usaha. Ditiadakan event dan pembatasan fisik lainnya membuat pelaku usaha sulit mendulang pendapatan. Buntutnya, omzet mereka pun melorot tajam.

Kondisi krisis ini membuat pelaku usaha berpikir keras mencari alternatif mempertahankan dan bahkan meningkatkan pendapatan. Salah satunya, memanfaatkan internet dan teknologi informasi (TI).

Realme C75, Harga Rp2 Jutaan tapi Bisa Komunikasi Tanpa Internet

Pembatasan sosial mengakibatkan cara pemasaran konvensional menjadi sangat terbatas. Solusinya, pelaku usaha menggunakan instrumen digital untuk menggenjot pemasaran dan penjualan. Hasilnya pun cukup menjanjikan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait persentase perusahaan yang menggunakan internet dan TI untuk pemasaran menyebutkan, sebanyak 47,75 perusahaan sudah menggunakannya sebelum covid-19 sampai sekarang, tidak menggunakan (46,5 persen) dan baru memulai saat covid-19 (5,76 persen).

Jenderal Polisi Jadi Penjaga Internet Indonesia, Siap Bersih-bersih Sampah Digital

Fakta lain menyebutkan, tidak semua tidak semua bisnis meradang dan gulung tikar di masa pandemi. Bagi pebisnis yang sudah memanfaat teknologi digital, pandemi justru menjadi berkah yang berlipat-lipat bagi mereka.

Salah satunya, Diah Cookies. Pelaku usaha kreatif asal Surabaya. Memulai usaha kue kering rumah sejak tahun 2010. Dia bergabung dengan Pahlawan Ekonomi, program pemberdaaan ekonomi perempuan yang diinisiasi Tri Rismaharini (kini Menteri Sosial RI).

Di Pahlawan Ekonomi,  Diah belajar digital marketing mulai nol. Bekal dan  pengalaman belajar digital marketingsangat membantu menjalankan roda usaha di era pandemi. Internet menjadi tulang punggung bagi pengembangan usahanya. Connectivity dirasakan benar oleh pelaku usaha kecil seperti ini untuk memperbesar pasar.

Diah Arfianti, pemilik Diah Cookies, lama berpuasa dan belajar sulitnya meraih omzet dari kanal digital. Awalnya hanya menggunakan instrumen digital sekitar 30 persen saja. Sisanya, 70 persen dilakukan melalui aktivitas offlineseperti bazar, pameran, dan lainnya.

Namun dalam penjalanan, penjualan Diah Cookies sekitar 80 persen pendapatan dari penjualan online (termasuk penjualan on the spot), dan 20 persen penjualan offline.

Ramadan tahun ini, produk Diah Cookies telah di-review sejumlah selebritis papan atas di Indonesia melalui akun IG-nya masing-masing. Di antaranya, Raisa, Nagita Slavina, Daniel Mananta, Ersa Mayori, dan Irish Bella.

Ini hanyalah sedikit gambaran betapa kehadiran internet telah membantu para pelaku usaha kecil dan menengah di saat pandemi seperti sekarang ini. Pada prinsipnya, pandemi mengharuskan pelaku usaha adaptif dengan keadaan. Mereka juga dituntut belajar lebih banyak. Bekerja lebih cerdas, lebih produktif dan lebih efektif.

Riset enciety Business Consult menunjukkan bahwa internet semakin dibutuhkan oleh penduduk bahkan di luar Pulau Jawa, guna menunjang aktivitas belajar, bekerja, bisnis, dan hiburan. Sayangnya, penyediaan jaringan internet yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

Ketersediaan fixed broadband hanya sebesar 9,66 juta atau sekitar 3,60 persen dari total populasi penduduk. Artinya, jaringan internet masih belum merata ke daerah-daerah di Indonesia.

Sebagian besar penyedia layanan internet hanya membangun jaringan fiber di lokasi-lokasi yang bisa memberikan keuntungan secara bisnis. Baru Telkom melalui layanan fixed broadband IndiHome yang menyediakan jaringan internet dari Sabang hingga Merauke.

Tak hanya itu, IndiHome juga menyediakan beragam kecepatan internet yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap aktivitas masyarakat.

Lewat sederet aksi nyata IndiHome mampu menguasai 85,4 persen market share layanan fixed broadband di Indonesia sampai akhir 2020. Angka itu lebih tinggi dibandingkan market share penyedia layanan internet fixed broadband lain, seperti FirstMedia yang hanya 6,9 persen, myRepublic 2,8 persen, Biznet 2,5 persen, MNC Play 1,7 persen.

Penyedia layanan internet lain diharapkan mengikuti langkah IndiHome untuk bersinergi dengan pemerintah dalam menggarap pasar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia.*
 

Disclaimer: Artikel ini ditulis oleh General Manager Enciety Business Consult, Don Rozano

Director and Chief Commercial Officer Indosat Ooredoo Hutchinson, Ritesh Kumar Singh.

Kuota Roaming 100GB hanya Rp40 Ribu, Daya Jangkau hingga Negara Dekat Kutub Selatan

Tri punya paket hemat kuota roaming 100GB hanya Rp40 ribu yang bisa dipakai di lebih dari 15 negara destinasi.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024