Antisipasi Potensi Banjir, Pemkot Semarang Keruk Sungai

Pengerukan sedimentasi dan sampah di sungai Kota Semarang.
Sumber :
  • tvOne/ Teguh Joko Sutrisno (Semarang)

VIVA – Sedimentasi sungai dan penumpukan sampah di wilayah Kota Semarang menjadi salah satu penyebab banjir yang kerap terjadi di ibu kota Jawa Tengah ini. Sejumlah sungai menjadi titik perhatian.

Dari Sungai hingga Laut, Dampak Polusi Plastik pada Ekosistem Perairan

Pengerukan sedimentasi dan pembersihan sampah sungai seakan berkejaran waktu dengan datangnya puncak musim hujan yang diprediksi antara Desember hingga Januari.

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berupaya mengantisipasi potensi bencana banjir tersebut. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), wilayah Jawa Tengah secara umum telah memasuki musim hujan sejak bulan Oktober 2021 dengan intensitas yang cukup tinggi. 

Sisa Erupsi Gunung Karangetang Bisa Jadi Banjir Material Vulkanik, Menurut PVMBG

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan pembersihan dan pengerukan di sungai, saluran air atau drainase.

Pengerukan menggunakan alat berat juga dilakukan antara lain di Kali Sambiroto, saluran Taman Hasanudin, depan Rumah Sakit Wongsonegoro, saluran Jalan Gajah hingga Kali Seruni Tlogosari dan juga pengerukan di embung Muktiharjo Kidul.

Menhub Dudy Proyeksikan Potensi Pergerakan Masyarakat pada Momen Nataru Capai 110,67 Juta Orang

Walikota Semarang Hendrar Prihadi.

Photo :
  • tvOne/Teguh Joko Sutrisno

Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi tersebut mengungkapkan, selain pembersihan saluran dan pengerukan sampah,  Pemerintah Kota Semarang yang saat ini memiliki beberapa embung pengendali banjir, salah satunya embung Muktiharjo Kidul, juga melakukan pengerukan sedimen dengan dibantu oleh balai besar.

"Embung Muktiharjo ini memiliki area seluas 4 hektar di mana tampungan yang dimiliki adalah 178.000 meter kubik. Harapannya daerah sekitar kolam retensi  genangannya bisa ditampung di Embung Muktiharjo Kidul ini, untuk selanjutnya masuk ke Kali Tenggang,” kata Hendi.

Terkait optimalisasi fungsi rumah pompa, Hendi menekankan jika persoalan utama yang dihadapi adalah masalah sampah. Untuk itu dia tak henti - hentinya mengingatkan masyarakat untuk dapat selalu menjaga kebersihan Kota Semarang, dengan memastikan sampah dibuang pada tempat yang semestinya.

"Sebetulnya ancaman dari sistem pompa kita adalah sampah. Karenanya, kita akan terus berkoordinasi dengan warga sekitar untuk melakukan pembersihan sampah yang menyumbat saluran air. Saya berharap ke depannya semoga masyarakat jadi lebih peduli dan tidak membuang sampah ke sungai. Contohnya sekarang, begitu banyaknya sampah, ketika hujan deras, pompa jadi tersumbat,” ungkapnya.

Data yang tercatat pemerintah Kota Semarang, saat ini ada 52 rumah pompa dengan 119 unit pompa yang terbagi ke dalam empat wilayah. Khusus yang berada di rumah pompa Muktiharjo Kidul, memiliki dua unit pompa dengan kapasitas masing-masing 1.500 liter per detik sehingga total kapasitas 3.000 liter per detik.

Laporan Teguh Joko Sutrisno

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya