BMKG Ingatkan Potensi Gempa Besar di Selatan Jawa Timur

Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG, Rahmat Triyono
Sumber :
  • Antara

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus mengingatkan, bahwa potensi gempa besar dan memberi dampak kerusakan, harus diantisipasi sedari dini. Terutama di wilayah selatan Jawa.

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Buol Sulteng, BMKG Ungkap Penyebabnya

Kepala Pusat Seismologi Teknik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengingatkan ada potensi gempa bumi berkekuatan besar di selatan Jawa Timur, sehingga harus ada penanganan dan persiapan sejak dini.

"Skenario terburuk ada di selatan Jawa dengan skala VI VII MMI. Potensi kerusakannya luar biasa dan bisa menimbulkan tsunami sampai 29 meter," katanya saat mendampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, melakukan kunjungan kerja ke wilayah terdampak gempa di Kabupaten Jember, Sabtu 18 Desember 2021 seperti dikutip dari Antara.

Pemkab Tangerang Turunkan Tim Ahli Tangani Longsor dan Tanah Ambles

Menurutnya, potensi gempa tersebut akan menyebabkan kerusakan yang berdampak ke 200-250 kilometer dari bibir pantai dengan sumber gempa sudah ada di sana dengan magnitudo 7,0, termasuk di daratan juga ada, sehingga sudah harus bersiap dari sekarang.

Selama kurun lima tahun terakhir, BMKG mencatat aktivitas kegempaan di wilayah selatan Jatim tersebut mengalami peningkatan.

Curah Hujan Masih Tinggi, BMKG Imbau Warga Waspada Pergeseran Tanah di Lokasi Longsor Tangerang

Lima Tahun Terakhir Gempa Meningkat

Berdasarkan catatan BMKG, sepanjang tahun 2013-2015, jumlah gempa bumi di Jatim  dengan beragam magnitudo terjadi kurang dari 230 kali per tahun. Akan tetapi pada 2016 hingga 2020, jumlah gempa bumi dengan beragam magnitudo meningkat menjadi lebih dari 450 kali setahun, dengan frekuensi tertinggi 655 kali yaitu pada 2016.

Mengenai gempa yang terjadi di Kabupaten Jember pada Kamis (16/12), Rahmat mengatakan sebenarnya gempa bermagnitudo 5,1 itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami maupun kerusakan parah, namun permasalahan ada pada struktur bangunan warga yang tidak kuat.

"Jadi ada yang salah kalau sampai ada kerusakan seperti ini. Nah, itu biasanya ada pada konstruksi runah warga yang tidak kokoh dan kuat, sehingga hal itu yang seharusnya diperbaiki," katanya.

Ia menjelaskan pemerintah berperan penting dalam menanggulangi hal-hal seperti itu dan berpendapat bahwa harus ada kebijakan ketat terkait pembangunan suatu bangunan.

"Itu tugas kita bersama. Pemerintah harus ketat dalam memberikan izin untuk bangunan. Pengecekan konstruksi harus ketat pula, jadi struktur bangunan harus dibuat siap untuk skenario terburuk," ujarnya.

Sebelumnya gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5,0 terjadi di wilayah selatan Jatim yang berpusat pada koordinat 8,55 derajat Lintang Selatan - 113,48 derajat Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 43 km arah barat daya Kota Jember pada kedalaman 26 km, namun gempa itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Berdasarkan data BPBD Jember sedikitnya terdapat 46 unit rumah yang mengalami kerusakan yakni 34 unit mengalami rusak ringan, 11 unit mengalami rusak sedang, dan 1 unit mengalami rusak berat, kemudian 5 unit fasilitas umum berupa 4 sekolah dan 1 aula balai desa juga terdampak gempa tersebut. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya