Ribuan Warga Selayar Sulsel Terdampak Gempa di Laut Flores Mengungsi

Rumah warga di Bonerate, Kepulauan Selayar, Sulsel, roboh akibat gempa NTT
Sumber :
  • VIVA/irfan

VIVA – Sebanyak 3.900 warga Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, terpaksa mengungsi setelah terdampak gempa bumi magnitudo (M) 7,4 dan rangkaian gempa susulan yang terjadi di Laut Flores, Nusa Tenggara Timur, sejak Selasa, 14 Desember 2021.

"Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Kabupaten Kepulauan Selayar per Rabu, dari keseluruhan warga yang mengungsi itu, terbagi di 17 titik pengungsian," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu malam.

Perinciannya meliputi 6 lokasi di Mintu’u sebanyak 2.200 jiwa, 1 titik di Puncak Majapahit dengan jumlah 250 jiwa, 1 lokasi di Langundi 50 jiwa, 6 lokasi di Lambego sebanyak 900 jiwa, 3 titik di Lawaru sebanyak 500 jiwa, dan 30 titik di Pasimaranu dengan jumlah pengungsi yang sampai kini masih dalam pendataan.

Di samping itu, jumlah warga yang mengalami luka akibat terkena reruntuhan bangunan yang terdampak gempa bumi itu sebanyak 11 orang. Sementara itu, 10 orang mengalami luka ringan dan seorang luka berat.

"Seluruh warga yang mengalami luka tersebut telah mendapat perawatan yang intensif," ujar Abdul.

Rumah warga di Bonerate, Kepulauan Selayar, Sulsel, roboh akibat gempa NTT

Photo :
  • VIVA/irfan

BPBD Kabupaten Sikka melaporkan bahwa jumlah warga yang mengungsi telah berkurang dan hingga kini menjadi 226 jiwa. Mereka terdata masih mengungsi di rumah jabatan Bupati Kabupaten Sikka.

Mereka yang sebelumnya mengungsi di Kantor DPRD Kabupaten Sikka dan Gedung COSIQ telah kembali ke tempat tinggalnya masing-masing.

Puteri Qatrunnada, Relawan Dokter Muda Bertaruh Nyawa di Tengah Bencana

Merespons adanya potensi gempa bumi susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, BNPB mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah terdampak, agar tidak panik namun tetap waspada.

"Masyarakat juga diminta untuk melihat kondisi rumahnya masing-masing. Apabila terdapat kerusakan, seperti dinding retak terbuka, plafon atap bergeser, dan tiang rumah rusak, sebaiknya tidak tinggal di rumah sementara waktu dan dapat mengungsi ke rumah kerabat, saudara, atau tempat evaluasi sementara yang disediakan oleh instansi dan otoritas setempat," ujarnya.

6 Orang Meninggal Dunia Akibat Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Senin Dini Hari

Masyarakat juga diimbau untuk tidak percaya dengan informasi yang tidak benar atau hoaks yang bersumber dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Masyarakat diminta untuk tetap memperbarui informasi terkait dengan gempa bumi dan potensi bencana lainnya hanya melalui BMKG, BNPB, BPBD setempat dan instansi terkait.

Gempa bumi M 7,4 dirasakan dan berdampak pada 9 kabupaten di Provinsi NTT, 3 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, dan 6 kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Terpopuler: Profil Ipda Rudy Soik yang Dipecat gara-gara Mafia BBM, Muhammadiyah Koreksi Suswono

Ia menyebutkan sejumlah wilayah itu, yakni Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Lembata, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Ngada di Provinsi NTT.

Berikutnya, Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Bulukumba dan Kota Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan. Selanjutnya adalah Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Baubau, Kabupaten Buton Selatan, dan Kabupaten Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga sejauh ini telah mencatat adanya gempa bumi susulan (aftershock) hingga sebanyak 373 kali.

Dari keseluruhan gempa bumi susulan itu, BMKG mencatat sedikitnya lima gempa bumi yang memiliki magnitudo di atas 5, yakni M 5.6 pada pukul 10.41 WIB, M 5.5 pada pukul 10.47 WIB, M 5.0 pada pukul 12.46, M 5.4 pada pukul 15.31 WIB, dan M 5.2 pada pukul 15.57 WIB. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya