Sampah Plastik di Bali Jadi Sorotan, Terbanyak Botol Minuman
- Unsplash
VIVA – Sebagai vanue utama pertemuan KTT G20 di Indonesia pada 2022, Bali menjadi tentu saja menjadi sorotan dunia. Presiden Joko Widodo bahkan pekan ini secara langsung memantau persiapan dan pengembangan Bali menjadi tuan rumah perhelatan tersebut.
Namun saat ini, isu lingkungan masih menjadi sorotan berbagai pihak di Bali. Khsusunya terkait dengan sampah plastik yang banyak berserakan di sejumlah sungai dan belum dikelola dengan baik.
Kenyataan tersebut salah satunya dibeberkan oleh organisasi nirlaba di Bali, Sungai Watch yang merilis laporan bertajuk "River Plastic Report 001". Laporan ini memuat hasil pemeriksaan atas 5,2 juta ton sampah plastik yang terkumpul dalam kurun waktu dua bulan pada Agustus-September 2020.
Sampah plastik itu dikumpulkan melalui aksi bersih-bersih sampah di 8 lokasi di Bali. Termasuk di seputaran Nyanyi, salah satu sungai paling kotor di Bali.
Dikutip, Jumat 3 Desember 2021 dari laporan tersebut, sampah plastik itu berasal dari sedikitnya ada 400 merek produk yang menggunakan plastik dan terafiliasi pada 100 perusahaan. Bentuk sampah korporasi itu disebutkan antara lain berupa botol plastik, sedotan, kantong kresek, kemasan saset, gelas plastik, ban, sendal, kertas dan kartus, styrofoam, dan plastik keras jenis HDPE.
Laporan itu merinci bahwa sampah botol minuman kemasan adalah yang terbanyak dari total sampah plastik yang dikumpulkan. Disebutkan umumnya jenis Polyethylene Terephthalate (PET), dengan ukuran kebanyakan 600 mililiter dan 300 ml.
"Kami sungguh meyakini kekuatan data untuk memulai sebuah percakapan dengan korporasi (terkait kewajiban lanjutan mereka sebagai produser), distributor, pemerintah, dan konsumen," kata Gary Bencheghib, inisiator Sungai Watch dalam pengantar laporan tersebut.
Sebagai informasi, Sungai Watch muncul karena ada persoalan nyata membanjirnya sampah plastik di perairan Bali. Hal ini pun menjadi cermin persoalan yang lebih besar di level nasional bahwa Indonesia adalah penghasilan sampah plastik terbesar kedua di dunia, setelah China.
Dalam catatan Bank Dunia, sekitar 187 juta orang Indonesia yang tinggal dalam radius 50 kilometer dari pesisir, menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Hampir separuh dari sampah plastik itu berakhir di perairan laut.
Menurut Gari, di Bali urusan jadi lebih pelik. Karena kawasan ini identik dengan turisme. Kawasan pantai yang seharusnya bersih, indah, dan nyaman. Namun hari-hari belakangan ini justru penuh dengan pemandangan botol plastik, saset kemasan, sikat gigi, pempers bayi dan tak terhitung jenis dan ragam produk lainnya.
Hal ini harus jadi perhatian. terlebih saat Pemerintah ingin menunjukkan komitmen besar dalam isu perubahan iklim pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, tahun depan.