BMKG: Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Indonesia hingga 9 Desember
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti pemerintah dan masyarakat, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi peningkatan curah hujan di atas normal hingga 9 Desember mendatang.
“Sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki periode musim hujan. Dengan indikasi aktifnya fenomena La Nina pada periode musim hujan ini, maka kewaspadaan terhadap potensi peningkatan curah hujan di atas normal harus lebih ditingkatkan,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat, 3 Desember 2021.
Dwikorita memaparkan, berdasarkan hasil analisis terkini, dalam sepekan ke depan diidentifikasi terjadi peningkatan aktivitas dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan potensi cuaca ekstrem secara umum di sebagian besar wilayah Indonesia.
Saat ini, Siklon Tropis Nyatoh masih berada di wilayah Samudera Pasifik Barat sebelah timur Filipina dengan intensitas yang masih menguat hingga 24 jam ke depan dengan pergerakan sistem ke arah utara-barat laut. Sedangkan bibit Siklon 94W yang berada di sekitar Teluk Benggala dalam periode 24 jam kedepan masih bergerak ke arah barat laut.
“Sistem Siklon Nyatoh dan Bibit 94W ini posisinya semakin menjauhi wilayah Indonesia, sehingga dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia menjadi tidak signifikan. Meskipun begitu, dampak terhadap potensi gelombang tinggi 2,5 - 4,0 meter (Rough Sea) masih perlu diwaspadai di beberapa wilayah perairan,” ujarnya.
Di antaranya, lanjut dia, Perairan Utara Kepulauan Anambas, Perairan Barat Kepulauan Natuna, Perairan Kepulauan Subi Serasan, Perairan Utara Kepulauan Sangihe, Perairan Utara Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian Utara, Perairan Utara Halmahera, Laut Halmahera, Samudera Pasifik Utara Halmahera hingga Papua. Sedangkan potensi gelombang tinggi mencapai 4,0 - 6,0 meter (Very Rough Sea) di wilayah perairan Laut Natuna Utara dan Perairan Utara Natuna.
Dengan semakin menjauhnya sistem Siklon Nyatoh dan Bibit 94W dari wilayah Indonesia, tambah Dwikorita, kondisi tersebut membuka peluang terhadap peningkatan fenomena dinamika atmosfer lainnya, yaitu meningkatnya aliran massa udara yang cukup intens dari wilayah Laut China Selatan ke arah selatan memasuki wilayah atmosfer Indonesia. Kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan yang dapat menimbulkan kejadian curah hujan tinggi di wilayah Indonesia.
“Waspada bencana hidrometeorologi yang kemungkinan menyertainya. Mulai dari banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan sebagainya,” ujarnya.
Gelombang Atmosfer
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menambahkan, fenomena lain yang meningkatkan curah hujan yaitu dengan masih aktifnya fenomena gelombang atmosfer (gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan MJO) di wilayah Indonesia terutama bagian tengah dan timur yang dapat turut memperkuat peningkatan potensi cuaca ekstrem dalam periode sepekan ke depan.
MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin, kata Guswanto, adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya.
Fenomena MJO dan gelombang Kelvin ini, lanjutnya, bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian. Sebaliknya, fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.
Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Kondisi ini merata di seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kep. Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung. Lalu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
“Provinsi lain yang juga mengalami yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua,” ujar Guswanto.
Menurut Guswanto, masyarakat perlu melakukan sejumlah langkah antisipasi seperti memastikan kapasitas dan tata kelola air siap untuk menampung peningkatan curah hujan dan memastikan saluran air/drainase tidak tersumbat/lancar.
Selain itu, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon dengan tidak terkontrol.
Kemudian, lakukan juga pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, dan menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang, serta melakukan penghijauan secara lebih masif.
"Jangan lupa, terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.