Pengakuan 2 Pemburu Harta Karun Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
- bbc
Awal tahun 2020, Asmadi memutuskan berhenti menjadi penyelam lantaran nyaris tutup usia gara-gara seutas tali melilit selang kompresornya sehingga udara tidak mengalir dan air memenuhi maskernya.
"Mau lepas masker dan cepat-cepat naik, tapi nggak bisa. Sudah pasrah saja saya. Tapi tiba-tiba tali itu lepas sendiri. Udara masuk dan saya bisa napas lagi."
"Rasanya takut kalau kejadian lagi, ada sedikit trauma."
"Setelah itu pelan-pelan berhenti menyelam," ujar Asmadi yang kini menjadi kolektor dan ingin mendirikan galeri di Pulau Kemaro yang berisi benda-benda atau temuan dari Sungai Musi.
Pemburu harta karun kerajaan di Tanah Jawa
Di Pulau Jawa, ada pemburu harta karun kawakan. Namnya, Abdul Azis Baraja.
"Saya sudah 37 tahun mencari benda-benda kuno dan bersejarah," katanya kepada BBC News Indonesia memperkenalkan diri.
Baca juga:
- Raja Belanda diminta kembalikan berlian Banjarmasin: `Jika bertemu, saya akan minta semua barang kesultanan di Belanda`
- Keris Pangeran Diponegoro ditemukan di Belanda dan diserahkan ke Museum Nasional
- Belanda miliki ratusan ribu benda bersejarah Indonesia: Akankah segera dikembalikan?
Abah, begitu ia disapa kerabatnya, sudah tertarik pada barang-barang tua sejak kecil. Setiap kali menemukan benda `aneh` langsung dibawa pulang.
Tapi keseriusan berburu harta karun, dimulai setelah bisnis furniturnya bangkrut. Dalam perenungannya di sekitaran hutan dekat desa, ia menemukan fosil dan uang kuno.
Diboyonglah benda itu ke orang yang paham sejarah. Ternyata barang itu disebut memiliki nilai sejarah.
"Dari situ saya mulai belajar," imbuhnya.
Tak terhitung sudah berapa banyak sungai dan hutan yang ia sisir demi mencari harta karun peninggalan era kerajaan atau kolonial.
Mulai dari Kerajaan Kahuripan, Singosari dan Majapahit di Pulau Jawa. Lantas bergeser ke Kalimantan, Bali, hingga Sumbawa.