Mengintip Surganya Bunga Abadi di Taman Edelweiss Wonokitri
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Bunga edelweiss adalah bunga keabadian. Warga Tengger yang berada di lereng Gunung Bromo dan Gunung Semeru tidak dapat dipisahkan dengan bunga abadi ini. Posisinya cukup penting, karena bunga edelweiss harus ada di setiap kegiatan adat warga Tengger. Seperti Yadnya Kasada, Yadnya Karo dan lainnya.
Bunga ini sebenarnya tersebar di hutan yang ada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Dulu warga sebelum melakukan upacara adat berburu edelweiss ke hutan atau gunung. Sialnya, bunga ini berstatus dilindungi. Seiring berjalannya waktu jika edelweiss terus dipetik tanpa dilakukan konservasi justru mematikan kelestarian bunga itu sendiri.
Berangkat dari situasi ini, warga di Wonokitri, Tosari, Pasuruan, Jawa Timur membudidayakan bunga edelweiss. Mereka mendirikan kelompok tani bernama Hulun Hyang sejak 2017 silam. Hulun Hyang berarti abdi tuhan. Tempat pembudidayaannya bernama Taman Edelweiss.
"Semangatnya adalah bagaimana edelweiss dikembangkan agar masyarakat tidak mengambil di gunung. Edelweis tidak hanya untuk di lindungi, tetapi edelweis ini sarana upacara bagi warga Tengger," kata Ketua Kelompok Tani Hulun Hyang, Teguh Wibowo, Kamis, 25 November 2021.
Teguh Wibowo menuturkan, semangat konservasi ini awalnya digawangi oleh 7 orang. Lambat laun, jumlahnya berlipat ganda. Kini setidaknya 30 warga terlibat aktif dalam budidaya edelweiss. Dari 30 orang itu, 18 laki-laki dan 12 perempuan.
Tugasnya melakukan pembibitan, merawat tanaman, memanen edelweiss, mengelola kafe Taman Edelweiss hingga membuat kerajinan dari edelweiss.
"Misi kita awalnya bukan untuk wisata, tetapi kita ingin melestarikan tanaman konservasi bunga edelweis. Resmi secara hukum dan memiliki izin untuk budidaya dari KSDA jatim tahun 2018. Ini menarik bukan dari sisi wisatanya pada akhirnya saat kita butuh untuk adat tidak perlu ke daerah kawasan (TNBTS) cukup ke taman edelweiss," ujar Teguh.
Setelah mereka memiliki izin, 7 bulan yang lalu Taman Edelweiss resmi beroperasi berkat dukungan sejumlah pihak. Balai Besar TNBTS berkontribusi aktif dalam pengembangan budidaya bunga abadi. Ada tiga jenis edelweiss yang dikembangkan, pertama Anaphalis Javanica atau Edelweiss Jawa, Anaphalis Longifolia, dan Anaphalis Viscida.
"Ketiga jenis bunga ini adalah replika yang ada di kawasan (TNBTS). Taman Edelweiss ini memiliki luas 1.196 meter persegi. Jadi edelweiss ini sangat penting, untuk kebutuhan adat satu keluarga itu minimal 1 tangkai edelweiss. Kalau tidak disiasati kan ini bisa mengancam edelweisa di wilayah konservasi," tutur Teguh.
Budidaya Hingga Souvenir Edelweiss
Teguh menuturkan, hasil dari budidaya edelweiss salah satunya adalah penanaman massal di Bukit Cinta yang ada di area Gunung Bromo. Saben tahun mereka menyebar bibit edelweiss agar tumbuh dihabitat asal. Karena selain untuk adat, semangat budidaya edelweiss untuk konservasi baru yang terakhir adalah wisata.
"Pada tahun 2020 sebanyak 650 bibit kita sebar, di 2021 ini hanya 220 bibit, tahun depan dengan perkembangan saat ini sebanyak 2.000 bibit akan kita sebar di bukit cinta," kata Teguh.
Dalam upaya konservasi bunga edelweiss. Mereka juga memiliki konsep unik bernama adopsi. Hanya dengan Rp250 ribu pengunjung bisa memiliki bibit edelweiss. Nantinya bibit ini akan dirawat, dipupuk hingga berbunga. Setelah berbunga, pemilik akan dihubungi. Untuk melihat edelwiss adopsi ke Wonokitri atau mengirim bunga yang sudah siap panen ke rumah bapak asuh edelweiss.
"Tokoh yang sudah melakukan adopsi edelweiss ini antara lain Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak mereka adopsi satu pohon. Setelah panen nanti akan dikabari mau melihat kesini atau dikirim," ujar Teguh.
Taman Edelweiss Wonokitri adalah satu-satunya tempat resmi membeli edelweiss. Pengunjung yang datang cukup membeli voucher seharga Rp10 ribu bisa ditukarkan kopi atau teh. Lalu juga dijual souvenir dari bunga edelweiss harganya Rp20 ribu hingga Rp50 ribu. Souvenir ini seperti gantungan kunci hingga boneka beruang dari edelweiss.
"Baru dibuka April kemarin jumlah kunjungan tertinggi Oktober kemarin sebanyak 3.392 wisatawan dengan omzet per bulan Rp50 juta. Beli souvenir termasuk ikut serta dalam konservasi dan melestarikan budaya. Souvenir dari bunga edelweiss tidak akan rusak sampai 10 tahun lebih untuk itu dinamakan bunga abadi," tutur Teguh.