Brian Putra Bastara: Perubahan Ibarat Kereta Cepat
- Istimewa
VIVA – Perubahan zaman diiringi perkembangan teknologi digital mempengaruhi sengitnya persaingan dunia usaha. Dengan perubahan yang begitu cepat, kondisi dunia usaha saat ini dianggap tak bisa ditebak.
Demikian disampaikan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Barat, Brian Putra Bastara. Menurut dia, perubahan saat ini ibaratnya seperti kereta cepat. Masyarakat yang ingin terjun berbisnis mesti menyesuaikan agar tak tertinggal.
Dia mencontohkan dulu seorang pengusaha kuliner berpikir saingan bisnisnya adalah restoran lain. Lalu, mereka berlomba-lomba merenovasi tempat, menjaga kualitas dan keramahan terhadap konsumen. Namun, menurutnya perubahan zaman mematahkan pola pikir itu.
"Ternyata pesaingnya adalah Go food. Aplikasi pesan makanan. Semuanya serba online. Orang memesan makanan hanya lewat ujung jarinya, tak perlu keluar rumah," kata Brian, dalam keterangannya, Rabu, 24 November 2021.
Bagi dia, dengan perubahan itu tak memerlukan tempat usaha mewah. Ongkos produksi juga menjadi terpangkas sehingga harga bisa ditekan. Bahkan, persaingan ini bisa membuat harga jauh lebih murah dari restoran.Â
"Cukup jaga kualitas, usaha akan berkembang. Pengelola restoran kalang kabut menghadapi perubahan begitu cepat," jelas Brian.
Brian menyebut fenomena tersebut seperti mematahkan segala teori. Ia bilang perubahan zaman memaksa semua pengusaha harus bisa menyadari meski agak telat.Â
Ia menekankan perubahan di masa depan mesti bisa diprediksi dan diantisipasi agar bisa bersaing. Sebab, jika tidak persaingan akan menggerus bagi pihak yang tidak siap.
"Di era sekarang semua bisa terjadi secara tiba-tiba. Orang tiba-tiba bisa kaya dari usaha digital, bisa tiba-tiba terkenal di media sosial, pengusaha lama bisa bangkrut tiba-tiba karena tidak bisa mengikuti arus perubahan," tuturnya.
Menurutnya, perubahan adalah keniscayaan dan kemampuan untuk beradaptasi. Kata dia, adaptasi untuk menyesuaikan dan mengikuti sudah jadi keharusan.Â
Pun, ia memiliki metode penyederhanaan terkait persoalan ini dengan menyebutnya sebagai VUCA. Dia bilang VUCA adalah volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity.
Brian merincikan volatility adalah kondisi dunia usaha yang berubah begitu cepat dan nyaris tidak bisa diduga.Â
"Perubahan yang sangat cepat ini justru melanda seluruh sektor dunia usaha. Jika dulu anda kaya karena menjadi agen pulsa, mungkin saja anda terkena dampak dari kemudahan mengisi pulsa dengan handphone, banyak platform juga yang menyediakan dompet digital," jelasnya.
Lalu, uncertainty seperti kondisi ketidakpastian dunia usaha ke depan. Sebab, masa lalu dinilainya tak lagi menjadi patokan dunia usaha dalam menganalisis probabilitas pasar ke depan. Hal ini lantaran ketidakpastian dan perubahan datang secara tiba-tiba.
Kemudian, complexity sebagai kondisi dunia usaha menjadi rumit. Maka itu, diperlukan ketangkasan dari pengusaha.Â
"Kita tidak lagi bisa melihat satu penyebab tunggal dan satu akibat tunggal, semuanya berlapis dan saling berkelindan," sebut Brian.
Selanjutnya, ia menjelaskan makna ambiguity sebagai kondisi lingkungan bisnis menjadi sulit untuk dipahami dengan asas-asas tunggal yang saling terkait. "Kondisi ini adalah suatu ketidakjelasan dan  ketidakjelasan ini merupakan suatu benang kusut yang harus diurai," tuturnya.
Menurutnya, kondisi saat ini jadi momentum untuk pengusaha lokal berkolaborasi untuk naik kelas. Ia menekankan dunia usaha saling terkait dan berinteraksi.Â
Dia bilang dalam usaha ada fenomena menarik yakni jarang ada pengusaha Minang yang mampu mempertahankan bisnisnya lebih dari dua generasi.Â
"Bisa jadi masalahnya pada VUCA. Banyak pengusaha lokal yang mengungkung pemikirannya sendiri untuk berubah, dan cuma berpikir untuk bertahan," ujar Brian.
Menurut dia, hal itu bisa jadi karena ketumpulan dalam ide gagasan. Tidak adanya ide-ide baru untuk mengikuti perubahan jaman membuat kemunduran. "Usaha yang dirintis lama akhirnya tertelan oleh perubahan itu sendiri," sebutnya.
"Perubahan itu ibarat kereta cepat, siapa yang bergegas dan bisa naik harus juga mengulurkan tangannya untuk membawa yang lain agar bisa bersama dalam satu gerbong," tuturnya.