Hendropriyono: Duta Besar Itu Intel
- Anwar Sadat/VIVA.co.id
VIVA – Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) TNI AM Hendropriyono blak-blakan soal intelijen. Dia menyebut ada dua metode yang dilakukan intel dalam mendapatkan targetnya. Ada yang cara gelap dan terang-terangan.
"Kalau metode terang-terangan itu kan diplomat, duta besar kita itu kan intel banget. Seperti kedutaan asing di Indonesia, akhirnya mereka mengamati. secara eksposure itu masalah dagang, ekonomi tapi sebetulnya ujung-ujungnya eknomoni sebagai informasi itu yang terbuka," ujar Hendropriyono di Youtube Deddy Corbuzier yang dikutip VIVA, Kamis 18 November 2021.
Menurut Hendro, semua diplomat yang dikirim ke negara tujuannya memang ditujukan untuk mengamati setiap negara dan melaporkan ke pemerintah asalnya.
"Diplomat itu kan intelijen. Mereka harus lapor ke negara yang kirim dia. Setiap negara butuh intel. Kaya orang juga, butuh mata, hidung, telinga jadi panca indra perlu. Kan tiap negara berkompetisi dengan satu sama lain. Yang penting itu national interest-nya apa, lalu wajib dilaporkan ke negara masing-masing," kata mertua Panglima TNI Andika Perkasa itu.
Sementara untuk intel metode hitam yakni dengan penyamaran. Dia mencontohkan ada intel yang menyamar menjadi pedagang. Tujuannya memang untuk mengamati sasaran yang diincar
"Memang intel itu mengamati. Intel itu kan yang kerja otak. Strategi apa yang mau dipakai setelah tahu kondisi di lapangan. Intel ini bisa menjadi apapun yang diperlukan, termasuk menjadi orang gila sekalipun. Intel itu ada yang kerja sendiri," kata Ayah dari Diaz Hendropriyono itu.
Profil Hendropriyono
Hendropriyono merupakan Jenderal purnawirawan TNI yang lahir 7 Mei 1945. Dia juga tokoh intelijen dan militer Indonesia. Hendropriyono adalah Kepala Badan Intelijen Negara pertama, ia dijuluki the master of intelligence karena menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia.
Selama berdinas di militer, Hendro menduduki sejumlah jabatan srategis. Awalnya dia masuk militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang (lulus 1967), Australian Intelligence Course di Woodside (1971), United States Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat (1980), Sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko ABRI), yang lulus terbaik pada 1989 bidang akademik dan kertas karya perorangan dengan mendapat anugerah Wira Karya Nugraha.Â
Selanjutnya ia lulus Kursus Singkat Angkatan VI Lembaga Ketahanan Nasional (KSA VI Lemhannas). Keterampilan militer yang pernah diikutinya antara lain adalah Para-Komando, terjun tempur statik, terjun bebas militer (Military Free Fall) dan penembak mahir.