Sulitnya Menyaksikan Balap di Tanah Sendiri
- istimewa
VIVA – Ajang Idemitsu Asia Telent Cup (IATC) digelar pertama kali di Sirkuit Mandalika, Sabtu, 13 November 2021 kemarin. Balap Itu merupakan sesi latihan bebas dan kualifikasi.
Antusias warga Lombok menyaksikan ATC tidak terbendung. Meski tiket gratis disediakan untuk masyarakat lokal, namun jumlahnya terbatas. Bahkan syarat juga harus dua kali vaksin untuk dapat menembus sirkuit.
Itu membuat banyak warga yang penasaran melakukan berbagai cara untuk dapat menyaksikan balapan pertama kali di tanah Mandalika.
Baca juga: Pengamat Curiga Kebakaran Beruntun Kilang Pertamina Disengaja
Beberapa warga antusias memanjat pohon di luar sirkuit agar bisa menyaksikan balapan. Ada juga yang naik di atas sebuah truk untuk melihat kuda besi melaju. Tembok dan kawat pembatas sirkuit membuat mereka tidak dapat melihat dengan jelas.
Ada juga masyarakat yang berbondong-bondong menyaksikan melalui sebuah bukit dekat dengan tikungan 10 yang memiliki view lautan yang indah.
Namun kini semua telah dibatasi. Petugas telah diterjunkan untuk bersiaga di tempat-tempat warga menyaksikan balapan secara ilegal. Bahkan, beberapa pohon yang digunakan warga untuk melihat balapan telah ditebang, Minggu, 14 November 2021.
Pengacara publik dari Pusat Bantuan Hukum (PBH) Mangandar, Yan Mangandar Putra, menilai langkah petugas menebang pohon untuk menghubungkan warga menyaksikan balapan secara ilegal sangat berlebihan.
"Ini kondisi masyarakat kita seharusnya bisa dimaklumi oleh pemerintah, oleh perusahaan. Jangan jadikan kesan ATC, WSBK hanya untuk orang yang memiliki uang," katanya, Minggu, 14 November 2021.
Dia menilai itu bukan sesuatu yang merugikan jika masyarakat menonton dari luar sirkuit.
Langkah petugas menebang pohon sangat kontras dengan semangat penghijauan di Lombok. Apalagi, saat Presiden Jokowi datang untuk meresmikan Sirkuit Mandalika, acara juga dibarengi dengan penanaman pohon.
Bahkan, di hari kedua Jokowi di Lombok juga memiliki acara menanam pohon untuk penghijauan.
"Percuma Jokowi datang di Lombok menanam pohon, jika pada akhirnya pohon ditebang," kata pengacara dari BKBH Unram ini.
Yan menyadari bahwa inilah kondisi masyarakat NTB dengan berbagai tingkatan ekonomi. Pemerintah sejak jauh hari gencar mempromosikan Sirkuit Mandalika, sehingga animo masyarakat meningkat untuk menyaksikan balapan.
"Kondisi masyarakat kita harusnya dimaklumi. Apa ruginya satu dua masyarakat menyaksikan balapan di luar," ujarnya.
"Masalah ini dia tebang pohon hanya karena satu dua masyarakat naik. Apa ruginya pemerintah?" katanya.
Pegiat Sosial Rudi Lombok, menyayangkan tindakan penebangan pohon di tengah gencarnya promosi penghijauan saat musim hujan sekarang.
"Nanti kalau banjir nangis. Sekarang pohon malah ditebang. Apa gunanya presiden datang taman pohon kalau sekarang justru ditebang," katanya.
Rudi mengatakan masyarakat seperti tersisihkan di tanah mereka sendiri. Padahal menonton balapan dari luar sirkuit sama sekali tidak menggangu jalannya balapan.
"Coba lihat apa ada pembalap yang terusik? Malah tadi waktu race IATC ditunda digelar, para pembalap datang berfoto bersama masyarakat luar sirkuit," ujarnya.
Rudi menyayangkan penebangan pohon dilakukan hanya karena tidak mengizinkan warga melihat balapan. Itu dinilai sebagai bentuk mengusir warga.
"Mengusir warga dengan cara-cara seperti itu sangat ironis. Sampai rela mereka tebang pohon di daerah yang cukup gersang," katanya.