Gus Yahya: Ketemu Yahudi Saja Bisa, Masa Habib Rizieq Tidak
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – KH Yahya Cholil Staquf yang berencana mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), siap membuka ruang dialog dengan siapapun untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa, termasuk dengan mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya itu mengakui secara pribadi tidak mengenal Habib Rizieq dan belum pernah terlibat dalam kegiatan bersama, namun Ia memastikan tidak punya masalah dengan Habib Rizieq dan siap berdialog.
"Saya selama ini belum pernah kenal secara pribadi dengan beliau, belum pernah ketemu, belum pernah engage secara langsung, tapi ya saya ketemu Yahudi saja bisa kok ketemu habib enggak bisa," kata Gus Yahya dalam perbincangannya bersama VIVA.
Seperti diketahui, Gus Yahya memang pernah membuat geger dunia internasional, dengan menghadiri konferensi Komite Yahudi Amerika atau American Jewish Committee/AJC Global Forum di Yerusalem pada 10 Juni 2018 lalu. Gara-gara kunjungannya itu, putra KH Cholil Bisri itu menuai banyak kecaman dari dalam dan luar negeri.
Soal Habib Rizieq, Gus Yahya mengaku sejak kecil sudah terbiasa bergaul dengan para habib yang kebetulan teman bermain semasa kecil. Kelakuan sering bertengkar semisal berebut layang-layang sudah mafhum.
"Kami hormat tapi berteman seperti biasa, artinya tidak ada ketegangan, ketengangan spiritual," ungkapnya
Mantan Jubir Gus Dur itu mengatakan terbuka untuk bertemu dan berdialog dengan siapa saja, sekalipun dengan para habaib. "Saya bisa ketemu siapa saja, saya biasa ketemu habib-habib dan bisa rileks," katanya
Lebih jauh, Gus Yahya mempersilahkan perbedaan dalam berbagai sudut pandang pemahaman agama, asalkan tidak mengganggu NKRI, Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika.
“Peran kita ya membangun platform agar semua orang bisa berdiskusi, berdialog dengan baik. Sekarang ini kita lihat, Habib Rizieq, FPI, sebenarnya apa yang dicari? Kalau politik, politik apa?," ujar Gus Yahya
“Kalau itu kita terima platform itu mari kita dialog kita tolerir perbedaan. Dalam politik harus lebih rasional jangan menjadikan identitas sebagai senjata politik karena berbahaya sekali," sambungnya
Sehingga, Gus Yahya menyebut dalam hal ini agar rasional jangan sampai identitas disalah artikan apalagi diseret-seret ke dalam pertarungan politik.
"Kalau memang rebutan duit bilang aja rebutan duit, jangan bilang beriman tidak beriman. Kalau urusannya rebutan jabatan bilang aja rebutan jabatan, dengan tawaran yang rasional, kalau dapat jabatan mau melakukan apa, mau apa? Buktikan mampu mengerjakannya. Itu saja, enggak usah bicara soal identitas," tuturnya