Antisipasi Gelombang 3 COVID, Menkes Beli 1 Juta Tablet Molnupiravir
- Youtube/Sekretariat Presiden
VIVA – Meski kasus positif COVID-19 di Indonesia telah melandai, namun virus COVID-19 belum sepenuhnya hilang. Pemerintah masih terus bersiaga dan mengantisipasi jangan sampai terjadi lonjakan kasus COVID-19 di akhir tahun seperti pada tahun sebelumnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kemenkes telah melakukan sejumlah mitigasi apabila terjadi lonjakan lasus COVID-19 di akhir tahun. Salah satunya yakni menyiapkan obat-obatan.
"Kita juga mempersiapkan rumah sakit obat-obatan, jadi kita sedang melakukan uji klinis terhadap obat-obatan baru yang ada. Mungkin yang lagi ramai adalah Molnupiravir, ini dari Merck," kata Budi, saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin 8 November 2021
"Kita sudah liat bahwa dia butuh lima hari masing-masing harusnya 8 tablet, jadi kira-kira butuh 40 tablet lah. Dan ini hitung-hitungan kami antara 40 sampai 50 dolar (USD) jadi enggak terlalu mahal, dibawah satu juta," sambungnya
Molnupiravir merupakan obat antivirus baru yang sedang diteliti potensinya untuk mengobati COVID-19. Penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa Molnupiravir memiliki efektivitas yang cukup tinggi serta efek samping yang tergolong ringan dalam mengobati COVID-19.
Menurut Budi, Kemenkes akan memesan Molnupiravir sebagai bentuk antisipasi apabila terjadi lonjakan COVID-19. Jangan sampai ketika terjadi lonjakan kasus, Indonesia tak memiliki obat-obatan untuk menangani COVID-19.
"Yang sudah kita lakukan adalah kemarin saya sudah ke Amerika deal dengan Merck rencananya kita akan beli dulu sementara mungkin 600 sampai 1 juta tablet, 600 ribu sampai 1 juta tablet bulan Desember. Jadi mempersiapkan diri mudah-mudahan tidak terjadi. Tetapi kalau terjadi seenggaknya kita punya stok obatnya dulu," kata Budi
Budi menambahkan, untuk jangka menengahnya, Indonesia sedang mengajukan lisensi agar dapat memproduksi obat tersebut di Tanah Air.
Menurut Budi, Merck telah meminta tolong kepada Medicine Patent Pool atau MPP yang telah diberikan grand patennya untuk dapat memberikan lisensi kepada Indonesia.
"Ini sekarang sedang finalisasi kita ada beberapa perusahaan BUMN dan swasta yang kita ajak untuk bisa apply patennya dari mereka. Sehingga bisa membuat di Indonesia. Kalau syukur bisa cepat mudah-mudahan tahun depan ini kita bisa bikin ini di sini sehingga memperkuat sistem ketahanan kesehatan kita," ujarnya