Ini Strategi Pemprov DKI Jaga Ketersediaan Air Bersih di Jakarta
VIVA – Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta mengajak berbagai pihak untuk menjaga ketersediaan air bersih di Ibu Kota.
Pasalnya, ketersediaan air bersih sebagai sumber kehidupan harus terus dijaga. Terlebih di kota-kota besar seperti DKI Jakarta yang membutuhkan upaya dan langkah nyata agar kebutuhan air bersih warga Ibu Kota terfasilitasi.
Langkah nyata Pemprov DKI akan ketersediaan air bersih ini dilakukan dengan mendorong masyarakat beralih dari air tanah yang dapat menyebabkan land subsidence ke air perpipaan.
Selain itu, Pemprov DKI juga melaksanakan program Penyesuaian Tarif Otomatis (PTO). Penyesuaian Tarif Otomatis (PTO) bertujuan mencapai keadilan sosial serta kualitas hidup merata bagi warga DKI Jakarta.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2021 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2007 tentang Penyesuaian Tarif Otomatis (PTO) Air Minum Semester I Tahun 2007, mulai Agustus 2021 tarif air PAM JAYA di Kepulauan Seribu lebih terjangkau.
Pengendalian penggunaan air tanah
Penggunaan air tanah yang massif dapat menyebabkan krisis air dan dampak bencana lainnya. Sebab itu, Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan perlu mengendalikan penggunaan air tanah di Jakarta.
“Hotel, apartemen, perkantoran perlu diatur kebutuhan air tanahnya,” ujarnya pekan lalu.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Yusmada Faizal, mengatakan, edukasi terhadap warga Jakarta agar lebih bijak memakai air tanah dan mau beralih menggunakan air perpipaan terus dilakukan.
Terhadap kantor-kantor, sosialisasi digencarkan melalui suku dinas di tiap Kota Administrasi. “Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghargai air,” katanya, Senin, 11 Oktober 2021.
Yusmada memaparkan, pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta dengan menjaga daerah tangkapan air. Di antaranya, membersihkan badan air dari sampah, monitoring kualitas badan air, serta penetapan kawasan Ruang Terbuka Biru (RTB) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam tata ruang.
Jakarta memiliki lebih dari 100 RTB yang menjadi bagian ekosistem perkotaan. Misalnya, Danau Sunter, Waduk Marunda, dan lainnya.
Selain itu, Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta juga menggulirkan berbagai strategi dalam mengelola sumber air bersih di Jakarta.
Pertama, melakukan efisiensi pemakaian air dan pengurangan air tidak berekening (non-revenue water). Kedua, pemanfaatan air permukaan sebagai sumber instalasi pengolahan air (IPA).
Ketiga, desalinasi menggunakan IPA berteknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) yang mampu mengolah air laut menjadi air bersih berkualitas air minum. “Adapula pengadaan IPA mobile dan mobil tangki air, serta pembangunan kios air,” ujar Yusmada.
Langkah berikutnya, mengoptimalkan sistem penyediaan air minum (SPAM) eksisting dan pembangunan SPAM di sejumlah titik, seperti SPAM Pesanggrahan dan SPAM Ciliwung. Yusmada menyebut, pendistribusian air bersih secara merata juga digencarkan.
Langkah ini dilakukan oleh PAM Jaya melalui jaringan perpipaan dan kios-kios air. Distribusi air bersih ke kios air dilakukan oleh armada mobil tangki. Air bersih di kios air ditampung dalam tandon atau tangki air dengan kapasitas 4 m³.
“Kios air dikelola oleh unsur masyarakat, yang disepakati oleh warga setempat, untuk menyalurkan air dari tandon di lokasi pengelola kios air ke warga. Pada awal tahun 2021, PAM Jaya telah membangun sebanyak 102 kios air. Kami selalu melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala terkait pengoperasian dan jumlah kios air,” papar Yusmada.
Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta juga membangun sembilan IPA berteknologi SWRO di Kepulauan Seribu. Tahun ini akan ditambah satu IPA SWRO di Pulau Sebira dengan kapasitas 1,5 liter per detik.
Dengan IPA Mobile sebanyak 1 unit masih jauh dari cukup untuk mengatasi kelangkaan air bersih di daerah krisis air. Sementara masih diprioritaskan untuk penanggulangan kelangkaan air akibat banjir.