Jenderal Listyo Singgung 3 Polisi Jujur dan Cleaning Service Halimah
- dok Polri
VIVA – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyinggung soal kejujuran dan integritas. Menurut dia, selama ini muncul rumor yang beredar ditengah masyarakat bahwa polisi jujur cuma ada tiga di Indonesia.
Jenderal Sigit membuat satire ini melalui akun instagram @kepalakepolisian_ri pada Kamis, 4 November 2021. Menurut dia, kejujuran seorang cleaning service di Bandara Soekarno-Hatta bernama Halimah patut ditiru dalam melaksanakan tugas.
“Ibu Halimah ramai diperbincangkan setelah kisahnya menemukan dan mengembalikan dompet berisi cek 35,9 miliar viral di media sosial. Dari seorang petugas cleaning service Bandara Soetta bernama Halimah, kita diingatkan betapa berharganya kejujuran dan integritas dalam melaksanakan sebuah pekerjaan,” kata Sigit dikutip dari instagram pada Jumat, 5 November 2021.
Sementara, Sigit menyebut Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sendiri memiliki sosok Jenderal (Purn) Hoegeng Imam Santoso yang terkenal dengan kejujuran dan integritasnya dalam bertugas.
Namun, kata dia, munculnya humor tentang ‘cuma ada 3 Polisi jujur di Indonesia yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng’ seakan telah melegitimasi bahwa sangat sulit mencari Polisi jujur dan berintegritas di negeri ini.
“Ini menjadi tantangan bagi saya untuk dapat merubah citra Polri di masyarakat. Saya optimis dapat mewujudkan hal tersebut, karena saat ini masih banyak personel Polri yang memiliki sikap teladan dan benar-benar menjalankan tugasnya sebagai pengayom rakyat,” ujarnya.
Kini, Sigit mengatakan beberapa potret personel Polri yang layak dijadikan panutan karena memiliki kejujuran dan integritas serta mampu memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat melebihi panggilan tugasnya.
Diantaranya Aipda Muji di Balikpapan, menemukan tas berisi uang Rp48 juta dan mengembalikan ke pemiliknya tanpa mau menerima imbalan; Aiptu Jailani di Gresik, dikenal tegas dan anti suap terhadap pelanggar lalu-lintas; Brigadir Suladi di Malang, lebih memilih jadi pengepul sampah untuk mendapat penghasilan tambahan daripada menerima suap.
Kemudian Bripka Ali Nur Suwandi di Yogyakarta, mendirikan rumah singgah, masjid dan pesantren Tahfiz Al-Qur’an gratis bagi anak yatim dan kurang mampu, serta aktif membina pemulung dan keluarga napiter di Yogjakarta; Brigadir Piether Paembonan di Mamuju, menyekolahkan 178 anak putus sekolah.