Sempat Diduduki KKB, TNI dan Polri Kuasai Lagi Bandara Bilogai
- ANTARA
VIVA – Aparat keamanan yang tergabung dalam Satuan Tugas Nemangkawi, sejak Jumat malam, 29 Oktober 2021, kembali menguasai Bandara Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.
"Memang benar, sejak Jumat malam, Bandara Bilogai telah dikuasai TNI-Polri setelah sebelumnya kelompok kriminal bersenjata (KKB) sempat mendudukinya hingga menyebabkan tidak ada penerbangan sipil yang melayani rute ke wilayah itu," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Papua Komisaris Besar Polisi Faizal Rahmadani, di Jayapura, Papua, Sabtu.
Kini, katanya, Bandara sudah aman untuk didarati pesawat udara karena anggota TNI dan Polri sudah bersiaga di sekitar bandara. Polda Papua juga akan menambah personel ke Intan Jaya sebanyak dua pleton guna menambah perkuatan di wilayah itu.
Warga mengungsi di dua lokasi, yakni di gereja dan Polsek, namun berapa banyak warga yang mengungsi belum diketahui pasti jumlahnya karena aparat masih mendata.
Ketika ditanya tentang insiden pembakaran kantor Airnav Bandara Bilogai, Jumat, dia yang juga menjabat komandan Satgas Penegakan Hukum Nemangkawi mengaku, berdasarkan laporan yang diterima, yang dibakar bukan kantor Airnav Bandara, melainkan rumah genset, kios milik Rian, dan dua unit kendaraan termasuk mobil ambulans yang ada di sekitar bandara.
Komandan TNI Kodim 1705/Nabire Letnan Kolonel Infantri Anjuanda Pardosi, pada Jumat malam, menyatakan bahwa sempat terjadi kontak tembak antara mereka dengan gerombolan bersenjata di sekitar Distrik Sugapa namun tidak ada korban jiwa.
Sebelum membakar, gerombolan bersenjata itu sempat kontak tembak dengan personel yang tergabung dalam Satgas Pengamanan Daerah Rawan dari Batalion Infanteri 501/BY dan Satgas Belukar.
Karena terdesak itulah gerombolan bersenjata membakar kantor Airnav Bandara Sugapa. "Beberapa hari terakhir ini gangguan keamanan yang dilakukan KKB meningkat," katanya.
Dilaporkan bahwa anggota gerombolan bersenjata ada di setiap pelosok di sekitar Distrik Sugapa hingga menyebabkan masyarakat, terutama yang berasal dari luar Sugapa, ketakutan dan mengungsi ke gereja. Sedangkan penduduk Sugapa memilih tidak beraktivitas keluar rumah karena ketakutan. (ant)