Sumut Pecahkan Dua Rekor, Gubernur Edy Terima Piagam Muri
- Istimewa/VIVA.co.id/Putra Nasution (Medan)
VIVA – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berhasil meraih dua rekor sekaligus dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), yaitu peserta terbanyak yang mengikuti Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) sebanyak 5.000 orang dari SMA/SMK se-Sumut dan peserta UKBI terbanyak yang mengenakan pakaian adat.
UKBI yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumut bersama dengan Balai Bahasa Sumut, secara langsung dan daring di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur, Jalan Sudirman, Medan, Kamis, 28 Oktober 2021. Pemecahan rekor MURI ini diadakan dalam rangka Sumpah Pemuda.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menerima langsung piagam Rekor MURI tersebut yang diserahkan Senior Manager MURI, Yusuf Ngadri. Mantan Pangkostrad itu mengatakan, Sumut memiliki beragam budaya dan bahasa.
Begitu pula, Edy mengungkapkan dengan Indonesia yang memiliki ragam budaya dan bahasa. Namun, meski berbeda dan beragam, Bangsa Indonesia diikat oleh Bahasa Indonesia.
"Itu hebatnya Indonesia, bisa menyatukan perbedaan yang ada, begitu beragamnya kita, diikat oleh Bahasa Indonesia," ujar Gubernur yang mengenakan teluk belanga.
Gubernur mengatakan, setiap orang harus membesarkan Bahasa Indonesia dan kegiatan UKBI tersebut diharapkan dapat terus diadakan sehingga dapat menumbuhkan sifat bangga berbahasa Indonesia. "Memang ini kalau tidak kita besarkan, siapa lagi yang membesarkannya," ujar mantan Ketua Umum PSSI itu.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Sumut Maryanto menyampaikan, UKBI menggambarkan hasil kompetensi peserta. Kompetensi itu menunjukan kemampuan peserta dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis.
Dia mengatakan, kegiatan pemecahan rekor tersebut bertujuan untuk meningkatkan sikap positif, bangga di kalangan generasi muda terhadap penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Selain itu, kegiatan itu juga menunjukkan beragamnya kebhinekaan bangsa dalam busana daerah, khususnya di Sumut.
"Dipilihnya peringatan Sumpah Pemuda lantaran pada saat itu Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tercantum di dalam teks Sumpah Pemuda," kata Maryanto.