Peringati Sumpah Pemuda, Haedar Nashir: Hindari Benih-benih Perpecahan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir
Sumber :
  • Ist

VIVA – Memeringati Sumpah Pemuda ke 93 tahun, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan jika Sumpah Pemuda memiliki makna sebagai janji yang menjadi tonggak awal kesadaran nasional dan memperkokoh persatuan Indonesia.

Muhammadiyah Turun Langsung, Ikhtiar Cegah Kerusakan Lingkungan Dengan Langkah Ini

“Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan selamat Sumpah Pemuda ke-93 dengan tema Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh. Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia ketika kaum muda Indoensia dengan semangat progresif dan integritas keindonesiaan yang luar biasa telah hadir menjadi kekuatan perekat yang mendeklarasikan satu Indonesia," ujar Haedar dalam keterangan tertulisnya, Kamis 28 Oktober 2021.

Haedar menerangkan dengan semangat untuk satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air, Sumpah Pemuda memiliki dampak yang luar biasa besar sehingga mampu merekatkan persatuan nasional. Rasa kesatuan rakyat Indonesia ini berpengaruh terhadap perebutan Kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah.

Sejarah, Puncak Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2024 Dihadiri 25 Menteri serta Lembaga Tinggi Negara

Haedar berharap Sumpah Pemuda yang merupakan bagian dari sejarah harus tetap dijaga, terutama bagi generasi milenial.

“Sesungguhnya sumpah pemuda merupakan tonggak untuk persatuan Indonesia bangkit melawan penjajah menuju kemerdekaan. Setelah 97 tahun, maka tentu kaum muda Indonesia perlu melakukan refleksi diri agar tetap menjadi kekuatan yang mampu memaksimalkan potensi bangsa baik potensi Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam, agar kita mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa yang sudah maju,” tutur Haedar.

Terpopuler: Profil Ipda Rudy Soik yang Dipecat gara-gara Mafia BBM, Muhammadiyah Koreksi Suswono

Ia merinci dengan semangat bersatu dan persatuan, pemuda Indonesia akan menjadi pelopor yang merekatkan persatuan nasional di tengah keberagaman. Sebab ongkos mempersatukan bangsa Indonesia tidaklah murah, melainkan harus dibayar dengan darah dan nyawa para pejuang kemerdekaan. Karenanya, Haedar tidak ingin para pemuda menyianyiakan perjuangan para pahlawan.

“Saat ini kita menghadapi benih-benih perpecahan yang niscaya harus kita hadapi bersama. Persatuan adalah harga termahal dari sebuah masa depan dan eksistensi bangsa. Bangsa-bangsa besar akan hancur ketika pecah, sebaliknya bangsa akan menjadi maju karena bersatu,” ungkap pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Februari 1958 ini.

Haedar menambahkan pemuda Indonesia dari berbagai latarbelakang yang beragam harus menjadi kekuatan yang mempersatukan. Benih-benih perpecahan jangan sampai tumbuh meluas yang membuat rakyat semakin terpolarisasi dan pecah. Haedar yakin kunci kejayaan Indonesia ada di tangan anak-anak muda Tanah Air.

“Kebangkitan dan bertumbuh menjadi bangsa yang maju dan jaya kuncinya ada di pemuda, maka pemuda Indonesia harus menjadi kekuatan yang produktif, cerdas, menguasa iptek, dan menjadi kekuatan yang membangun hubungan sesama bahkan melintas batas,” tegas Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

VIVA – Memeringati Sumpah Pemuda ke 93 tahun, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengatakan jika Sumpah Pemuda memiliki makna sebagai janji yang menjadi tonggak awal kesadaran nasional dan memperkokoh persatuan Indonesia.

“Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan selamat Sumpah Pemuda ke-93 dengan tema Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh. Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia ketika kaum muda Indoensia dengan semangat progresif dan integritas keindonesiaan yang luar biasa telah hadir menjadi kekuatan perekat yang mendeklarasikan satu Indonesia," ujar Haedar dalam keterangan tertulisnya, Kamis 28 Oktober 2021.

Haedar menerangkan dengan semangat untuk satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air, Sumpah Pemuda memiliki dampak yang luar biasa besar sehingga mampu merekatkan persatuan nasional. Rasa kesatuan rakyat Indonesia ini berpengaruh terhadap perebutan Kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah.

Haedar berharap Sumpah Pemuda yang merupakan bagian dari sejarah harus tetap dijaga, terutama bagi generasi milenial.

“Sesungguhnya sumpah pemuda merupakan tonggak untuk persatuan Indonesia bangkit melawan penjajah menuju kemerdekaan. Setelah 97 tahun, maka tentu kaum muda Indonesia perlu melakukan refleksi diri agar tetap menjadi kekuatan yang mampu memaksimalkan potensi bangsa baik potensi Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam, agar kita mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa yang sudah maju,” tutur Haedar.

Ia merinci dengan semangat bersatu dan persatuan, pemuda Indonesia akan menjadi pelopor yang merekatkan persatuan nasional di tengah keberagaman. Sebab ongkos mempersatukan bangsa Indonesia tidaklah murah, melainkan harus dibayar dengan darah dan nyawa para pejuang kemerdekaan. Karenanya, Haedar tidak ingin para pemuda menyianyiakan perjuangan para pahlawan.

“Saat ini kita menghadapi benih-benih perpecahan yang niscaya harus kita hadapi bersama. Persatuan adalah harga termahal dari sebuah masa depan dan eksistensi bangsa. Bangsa-bangsa besar akan hancur ketika pecah, sebaliknya bangsa akan menjadi maju karena bersatu,” ungkap pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Februari 1958 ini.

Haedar menambahkan pemuda Indonesia dari berbagai latarbelakang yang beragam harus menjadi kekuatan yang mempersatukan. Benih-benih perpecahan jangan sampai tumbuh meluas yang membuat rakyat semakin terpolarisasi dan pecah. Haedar yakin kunci kejayaan Indonesia ada di tangan anak-anak muda Tanah Air.

“Kebangkitan dan bertumbuh menjadi bangsa yang maju dan jaya kuncinya ada di pemuda, maka pemuda Indonesia harus menjadi kekuatan yang produktif, cerdas, menguasa iptek, dan menjadi kekuatan yang membangun hubungan sesama bahkan melintas batas,” tegas Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya