Generasi Muda: Pemerintah Harus Tanggungjawab Atasi Perubahan Iklim

Survei Indikator tentang perubahan iklim
Sumber :
  • Rochimawati/VIVA.co.id

VIVA – Isu perubahan iklim merupakan salah satu tantangan paling besar yang dihadapi saat ini dan juga di masa depan. Dampak perubahan iklim semakin dirasakan, oleh karenanya perlu upaya bersama termasuk generasi muda untuk ikut mengendalikan perubahan iklim.

Menjelang momentum 92 tahun Sumpah Pemuda dan COP26 Glasgow, Skotlandia, Indikator Politik Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah (CERAH)melakukan survei yang menyasar responden anak muda berusia 17-35 tahun. 

Sampel berasal dari seluruh provinsi di Indonesia yang terdistribusi secara proporsional dan mewakili lebih dari 80 juta penduduk pada Pemilu 2024. Hasil menunjukkan, 82 persen responden memiliki tingkat kepedulian tinggi terhadap isu perubahan iklim. 

Survei dilakukan secara tatap muka dengan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel yang mencapai sebanyak 4.020 responden terdiri atas 3.216 responden usia 17-26 tahun dan 804 responden usia 27-35 tahun. 

"Survei ini adalah survei pemuda paling masif yang pernah ada di Indonesia. Dan cukup mengejutkan ternyata generasi Z sangat peduli akan perubahan iklim, bahkan lebih tinggi dari generasi milenial," kata Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, saat konferensi pers, Rabu, 27 Oktober 2021.

Ia menambahkan, sangat penting memotret pendapat dan memetakan isu perubahan iklim dan politik anak muda. Jika politisi dapat menyerap aspirasi anak muda, maka demokrasi Indonesia akan membaik. 

”Harapan kami, hasil survei ini dapat membuka mata para politisi dan pengambil kebijakan dan menjadi bukti bahwa krisis iklim perlu menjadi agenda politik utama di Indonesia sebagaimana krisis iklim menjadi isu politik di berbagai negara besar di dunia,” kata Adhityani Putri, Direktur Eksekutif CERAH di acara yang sama.

Dari hasil survei , sebanyak 85% responden menyebutkan, korupsi merupakan isu pertama yang paling mereka khawatirkan dan diikuti dengan kekhawatiran akan kerusakan lingkungan sebanyak 82% responden. Isu polusi udara dan perubahan iklim tercakup dalam delapan besar isu yang paling dikhawatirkan anak muda. 

Keterkaitan Iklim, Alam, Plastik, dan Pekerjaan, Bagaimana Semua Ini Berjalan Bersama

Perubahan iklim masalah serius

Menurut mayoritas responden anak-anak muda ini, perubahan iklim merupakan masalah serius yang dampaknya terhadap Indonesia hingga komunitas dan individu telah mereka rasakan saat ini. Sebagaimana tergambar dalam sejumlah peristiwa yang terjadi sekarang dibanding lima tahun lalu. 

Menghentikan Perubahan Iklim, Upaya Dekarbonisasi demi Lingkungan Lebih Sehat

Sebanyak 63% responden setuju bahwa cuaca yang lebih panas pada musim kemarau merupakan peristiwa yang paling dirasakan, diikuti perubahan cuaca mendadak 60%, dan 35% hujan serta banjir yang lebih sering terjadi. 

Inovasi Baru dalam Mengelola Risiko terkait Perubahan Iklim

Hasil survei juga mengungkapkan sejumlah faktor yang menjadi penyebab perubahan iklim di Indonesia, yaitu penggundulan hutan (deforestasi) sebagai faktor terbesar, sumber emisi gas rumah kaca seperti gas buang sektor transportasi dan PLTU batu bara serta pertambangan termasuk dalam 10 besar penyebab perubahan iklim. 

Dampak dari perubahan iklim yang telah dirasakan tersebut, menurut 53% responden, telah mendatangkan kerugian bagi warga Indonesia. Karena itulah, mayoritas responden menyatakan, semua pihak harus ambil bagian dalam mengurangi dampak perubahan iklim, dan menitikberatkan peran pemerintah untuk mendorong upaya mengatasi persoalan ini. 

Pemerintah disebut harus berinvestasi mengembangkan sumber energi terbarukan seperti angin dan surya karena lebih bersih ketimbang batu bara. Mayoritas responden juga setuju bahwa untuk mengatasi perubahan iklim, emisi dari industri dan perusahaan yang memproduksi bahan bakar fosil harus dikurangi. 

Anak muda berdonasi

Krisis iklim harus jadi prioritas politik Tak hanya menyatakan kekhawatiran dan mendesak pemerintah mengambil tindakan, responden juga rela membayar biaya tambahan per bulan untuk mengatasi krisis iklim. Sebanyak 43% anak muda rela merogoh kocek maksimal Rp30 ribu per bulan untuk mitigasi perubahan iklim di Indonesia. 

Menariknya, jumlah ini setara dengan nilai pajak karbon bagi 1 ton karbon apabila menilik UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang baru-baru ini disahkan oleh DPR beberapa waktu yang lalu. Sebanyak 78% responden anak muda menyatakan, mereka berpartisipasi pada Pemilu 2019 dan sebanyak 84% menyatakan akan ikut dalam Pemilu 2024. 

Sebagaimana diketahui, terdapat 42 juta Pemilih Muda Milenial pada Pemilu 2019. Jumlah ini berpotensi meningkat dua kali lipat dengan hadirnya pemilih pemula Gen Z tahun 2024. Mayoritas responden berpendapat, partai politik belum punya perhatian serius soal perubahan iklim dan belum menjadikannya sebagai agenda politik (hampir semua partai hanya meraih nilai di bawah 5%). 

Teknik sampling disusun sedemikian rupa agar dapat mewakili seluruh penduduk Indonesia dengan rentang usia 17-35. Responden ini terdiri atas dua ukuran sampel. Ukuran sampel pertama sebanyak 3.216 responden di usia 17-26 tahun memiliki toleransi kesalahan (margin of error-MoE) sekitar ±1,8% pada tingkat kepercayaan 95%. 

Sementara ukuran sampel kedua sebanyak 804 responden usia 27-35 tahun memiliki toleransi kesalahan (MoE) sekitar ±3,5% pada tingkat kepercayaan 95%. Secara agregatif total sampel 4.020 responden usia 17-35 tahun memiliki toleransi kesalahan (MoE) sekitar ±2,7% pada tingkat kepercayaan 95%. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya