Ironi Warga Desa Pantai Bahagia yang Hidupnya Menderita
- VIVA
VIVA – Benarkah pesisir utara Jawa akan tenggelam? Bukan sekedar mitos. Tetapi di Desa Pantai Bahagia Muaragembong, Kabupaten Bekasi Jawa Barat, ada tanda-tanda pesisir utara perlahan-lahan mulai terendam laut. Dari yang sebelumnya daratan dan pemukiman, kini sudah menjadi bagian dari laut utara Jawa.
Perubahan itu dirasakan langsung oleh warga Pantai Bahagia, yang memang sudah sejak lama menghuni kawasan pesisir ini. Bahkan perubahan itu terjadi seketika. Air laut naik dan merendam pemukiman bahkan disaat warga sedang terlelap.
"Kasur saya ngambang lagi tidur. Ya Allah kita sudah basah," kata seorang ibu warga Desa Pantai Bahagia, seperti yang dituturkannya dalam Youtube VIVA.co.id.
Naiknya air laut atau yang dikenal dengan rob ini, lantaran imbas dari pemanasan global. Sehingga yang sebelumnya daratan di pesisir, kini berubah menjadi lautan seiring naiknya air laut.Â
Tidak sedikit rumah warga yang posisinya di pesisir, kini terbengkalai tak terurus. Rusak dan tidak bisa dihuni dan diperbaki lagi setelah dihantam rob yang kini posisi air terus meninggi. Sehingga rumah-rumah yang awalnya menjadi tempat warga berteduh, kini praktis tidak bisa digunakan lagi.
"Sudah jadi lautan rumah saya, sudah jadi lautan di belakang," katanya.
Ada sekitar 130 kepala keluarga, yang kondisinya sangat terdampak dari naiknya permukaan laut. Baik yang rumahnya sudah terbengkalai, hingga yang belum. Tetapi rumah-rumah tersebut tetap terancam seiring cepatnya air laut naik ke perkampungan. Tidak hanya rumah warga, tetapi juga sekolah tidak bisa digunakan lagi karena terendam air. Begitu juga tempat pemakaman umum (TPA), sudah terendam air.
Seorang warga juga menuturkan, pemukiman mulai terendam sejak 2005. Ada banjir rob besar yang melanda mereka. Lalu disusul kemudian luapan banjir dari Sungai Citarum. Sejak itu, bajir rob sudah menjadi langganan hingga saat ini.
Tambak Kini Jadi Laut
Naiknya air laut tidak saja merendam pemukiman warga. Bahkan termasuk tambak, yang menjadi mata pencaharian warga. Tidak sedikit tambak yang sudah tidak bisa digunakan lagi, atau bahkan sudah hilang karena telah menjadi bagian dari laut.
"Hasil kami dari tambak itu mulai berkurang," kata warga.
Warga lain bahkan mengatakan, sudah tidak punya tambak lagi karena terendam. Kondisi ini tentu membuat mereka rugi besar. Lantaran ikan yang dipelihara di tambak tersebut, tersapu air laut dan tidak bisa diselamatkan lagi.
Dari yang biasanya setiap bulan menebar bibit di tambak, kini tidak bisa dilakukan lagi. Sehingga nelayan pun mau tidak mau harus memiliki perahu, untuk mencari ikan. Tidak bisa mengandalkan tambak lagi.
Tidak Mengungsi, Berusaha Tinggikan Rumah
Meski rumah terendam air, tidak semua warga memutuskan untuk mengungsi. Bahkan ada yang memilih untuk bertahan di rumah mereka. Maka cara yang dilakukan, adalah dengan meninggikan lantai rumah dengan harapan air laut tidak masuk. Walau mereka mengakui itu bukan solusi utama.
Seperti seorang ibu memilih untuk tidak mengungsi, karena anggota keluarga yang banyak. Agar rumah tetap bisa digunakan, rumah dibuat panggung. Untuk sekedar bisa istirahat dan salat. "Biar jangan kebanjiran, kasihan tidurnya,". Ia mengambil tanah urukan dari dekat sungai.
Menguruk rumah agar lebih tinggi, diakuinya tidak sepenuhnya bisa diandalkan agar tidak terendam. Karena ada warga juga yang sudah menguruk rumah dengan meninggikannya, airnya juga tetap tinggi.
'Mudah-mudahan berharapnya jangan tinggi lagi (airnya), karena sudah tinggi banget ini (urukan tanah di rumahnya),".
Memohon ke DPR dan Jokowi
Warga terlihat sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi dengan kondisi yang terjadi saat ini. Begitu juga ke depannya. Untuk itu, mereka berharap pemerintah bisa turun langsung melihat kondisi mereka. Bagaimana pemukiman kini terendam, sementara mereka tidak bisa berbuat banyak.
"Harapan kami untuk pemerintah tolonglah tangani abrasi setidaknya untuk penanggulangan agar pemukiman kami tidak kebanjiran," kata warga. Termasuk anggota DPR, mereka berharap ikut diperhatikan karena sebagai manusia.
Pemerintah juga diharapkan bisa membantu untuk meninggikan jalan, sehingga air tidak masuk. Termasuk membuat tanggul. Mereka tidak tahu harus ke mana jika semua terendam.
"Kalau bisa mah yang dipinggir laut itu di DAM lah. Biar nggak makin-makin ke sini (air lautnya). Repot juga kalau makin ke sini namanya laut, kalau makin ke sini pantai tinggalnya di mana kita orang. Dimana kita tinggal,".
Warga mengakui, hingga kini belum ada perubahan. Infrastruktur seperti jalan saja, masih sangat rusak dan tidak ada perbaikan.Â
"Kami mohon kalau bisa pemerintah Pak Jokowi supaya bisa membantu masyarakat desa," kata seorang warga.
"Kami mohon plis ya Allah. Pemerintah yang mana saja, dibantuin ini supaya jangan kebanjiran,".