Pelipur Lara Mantan Raja OTT KPK

Mantan Penyelidik Utama KPK, Harun Al Rasyid
Sumber :
  • VIVA/Muhammad AR

VIVA – Siang itu seorang pria berkaos sedang mengelap keringatnya sambil mengangkat barang dagangan air mineral dan mie instan ke atas motor. Dengan cekatan ia mengikat barang dagangan di motornya untuk segera diantarkan ke warung-warung sekitar.

Uji Kelayakan, Calon Dewas Mirwazi Bilang Pegawai KPK Harus Bebas dari Intervensi Kekuasaan

Pria itu adalah Harun Al Rasyid, mantan penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sering dijuluki raja OTT-nya. Cak Harun, sapaan akrabnya, termasuk dalam 56 pegawai KPK yang tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) sebagai syarat menjadi ASN. Ia diberhentikan sepihak pada 30 September 2021.

Tak ingin meratapi keputusan kontroversial soal pemecatan sepihak itu, Cak Harun saat ini menyibukkan diri dengan berdagang kebutuhan pokok sembari mengelola yayasan pondok pesantren Kiromin Baroroh Maiyyatullah Sosial dan Pendidikan di Perumahan Bukit Kayu Manis, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. 

Sambil Menangis, Eks Petugas Rutan KPK Menyesal Terima Uang Pungli

Selepas subuhan, Doktor Ilmu Hukum itu mengajar anak-anak pesantren dan sekitar rumahnya mengaji. Kemudian pagi hari bersiap mengantar anaknya sekolah. Barulah kembali ke rumahnya yang berada di lingkungan pesantren untuk mengemas dan mengantar dagangannya ke warung-warung. 

Aktivitas itu menjadi rutinitas Cak Harun usai diberhentikan dari KPK. 

Ada Sosok Lain Diperiksa Bareng Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK

Jurnalis VIVA pada Jumat, 15 Oktober 2021, berkesempatan berbincang langsung dengan mantan Raja OTT KPK dan kesibukannya selepas dipecat oleh KPK. Berikut petikan wawancaranya:

Apa kesibukannya sekarang?

Sebenarnya masih sama ya dengan kegiatan sebelum diberhentikan dari KPK. Saya menggunakan kata diberhentikan karena bukan atas keinginan saya ya. Kegiatannya sama, hanya bedannya tidak pergi ke kantor KPK saja. Selebihnya sama habis subuh ngajar ngaji sampai jam 6 pagi. Abis itu anak-anak berangkat sekolah, ya saya punya kegiatan sendiri menganter anak-anak sendiri sekolah.

Ada juga kegiatan jualan barang yang harus didistribusikan ya, ada air mineral, ada saos, kemudian ada mie instan. Abis itu kegiatan tahu-tahu sudah Zuhur ya, abis itu ngajar ngaji lagi sampai sekitar jam 1 abis itu saya istirahat.

Kecuali kalau ada undangan zoom dari universitas atau dari teman-teman aktivis untuk meeting dari zoom maupun offline. Lalu kalau malam sedikit habis isya ngajar lagi ya.

Praktis itu hampir sama dengan kegiatan saya sabtu-minggu, kalau waktu di KPK, sekarang kan sudah enggak ke kantor KPK, ya kegiatan-kegiatan itu yang dilakukan.

Mantan Penyelidik Utama KPK, Harun Al Rasyid sibuk merapihkan dagangan

Photo :
  • Twitter @paijodirajo

Pesantren yang dikelola Cak Harun sejak kapan berdiri?

Sejak Desember 2019 ya. Hampir dua tahun ya. Kita juga ingin mencontoh apa yang sudah diwariskan oleh orang tua. Jadi ada pondok pesantren di Madura, karena saya dan nyonya (istri) ada di Bogor, jadi kita mulai merintis pondok pesantren sebagaimana yang sudah diwariskan oleh orang tua di Madura.

Kalau pesantren ini fokusnya oleh istri ya yang sebagai pembinannya, saya karena punya kegiatan sendiri sebenarnya, karena ke kantor, dalam kondisi sekarang ini (setelah diberhentikan KPK) saya lebih banyak waktu untuk ikut terjun langsung dalam memberikan motivasi arahan maupun pengajian ke beberapa santri, tidak banyak yang tinggal di sini sekarang hanya ada tiga orang, tapi yang lebih banyak kembali ke rumahnya, tetapi waktu mengaji datang ke sini.

Kebanyakan santrinya anak yatim?

Beberapa (yang yatim) karena selain pendidikan kita juga juga sosial ada juga dhuafa, ada juga yatim.

Sebenarnya begin, kami saat ini sedang mencari lokasi yang cukup representatif, karena dari awal niat saya dan istri itu membuat lembaga pendidikan dari mulai tingkat dasar, tingkat menengah atas dan selanjutnya.

Hanya kami sampai sekarang belum menemukan lokasi yang pas, untuk menampung kegiatan pesantren. 

Yang terpenting yang ingin pertama kita lakukan adalah kita ingin semua anak-anak itu bisa mengenyam  pendidikan ya, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama. Terlebih lagi kita memiliki keinginan kuat untuk menciptakan pada hafiz Quran.

Pesantren yang dikelola Cak Harun ini latarbelakang NU atau bagaimana?

Sebenarnya kalau kami itu tidak mengkhususkan dengan bendera organisasi lembaga keagamaan tertentu, tetapi yang terpenting yang ingin kita ajarkan ke santri santri itu adalah paham ahlussunnah wal jamaah. 

Tapi ingin ada yang plus di situ, jadi kita ingin menciptakan generasi yang secara keilmuan dan pengetahuan lain di luar pengetahuan agama jadi titik berat juga. 

Jadi bukan hanya menguasai ilmu agama, tetapi ilmu umumnya bagus sehingga dalam benak saya ingin melahirkan teknokrat, dokter, hakim hakim penegak hukum yang punya keinginan kuat untuk membangun bangsa ini.

Ada rencana pesantren mau dikembangin?

Keinginan membangun pesantren sebetulnya sudah cukup lama ya, hanya kalau untuk sementara ini cukup. 

Saya ingin punya pesantren yang gratis bagi anak-anak, makannya bebas. Kualitas pendidiknya bagus. 

Saya ingin punya pesantren yang semuannya gratis, itu kan harus ditunjang dengan usaha, dan donatur yang kuat. Sekarang aku nol, sekarang ngaji di pesantrenku dibebasin tidak ada biaya. Semua makan gratis.

Di sini santrinya banyak, sekarang kalau anak-anak sekolah di luar. Kalau anak-anak kita punya sekolah sendiri enak. Bagaimana punya sekolah bagus dan guru dibayar dengan tinggi tapi kita tidak membebani uang pada anak-anak santri.

Beberapa teman-teman eks pegawai KPK memilih bertani, ada juga berjualan, seperti bang Tigor jualan nasi goreng, bagaimana menurut Cak Harun?

Kegiatan-kegiatan kawan-kawan ini kan menurut saya positif ya. Satu sebenarnya yang perlu dipertimbangkan adalah dampak psikologis ya, nah ketika kawan-kawan masih bisa berkegiatan misalnya seperti Tigor ya, yang punya hobi masak-memasak, lalu menyalurkan hobinya itu untuk membuka warung nasi goreng dan saya belum merasakan nasi gorengnya, tetapi semua orang yang merasakan yang pernah datang menyatakan bahwa nasi gorengnya itu luar biasa enak gitu ya, bahkan ada yang membandingkan dengan masakan Pak Firli (Ketua KPK) itu jauh.

Katanya nasi goreng pak firli itu dimasak dengan pencitraan. Tetapi kalau Tigor memasak dengan integritas. Itu menurut saya positif sekali.

Lalu ada teman seperti Rasamala Aritonang yang kebetulan pulang kampung ke Sumatera, saya rasa itu tidak kemudian bersungguh-sungguh menjadi bertani, tapi kebetulan orang tuannya dan lingkungannya itu banyak yang bertani, ya apa salahnya dari pada tidur-tiduran gitu, terus mikirin apa, psikologisnya terganggu ya. 

Ya pegang-pegang dorongan (alat) untuk meratakan jagung yang sedang dijemur saya rasa positif. Saya tidak begitu yakin seorang Rasamala Aritonang itu mau menjadi benar-benar bertani, turun ke sawah berlumuran lumpur segala macam. 

Nah, beberapa kawan yang lain seperti Hotman karena memang dia penghobi kopi maka kemudian dia bergabung dengan teman-temannya untuk berusaha membuat kafe lalu jualan kopi.

Ya saya sebenarnya tidak terlalu yakin ya secara pribadi mereka benar-benar kemudian terjun ke sana. Toh ini hanya waktu sementara waktu transit untuk beristirahat sambil menenangkan pikirian dan mengobati barang kali kalau dianggap luka ya, tentu ini cara-cara dari kawan-kawan untuk mengobati luka itu.

Eks Pegawai KPK Juliandi Tigor Simanjuntak jualan nasi goreng.

Photo :
  • twitter @chrstafrn

Bagaimana awalnya Cak Harun bisa masuk KPK?

Saya dulu seorang dosen di Malang. Lalu saya hijrah ke Jakarta, saya menjadi seorang investigator di Jakarta di Komisi Pegawasan Persaingan Usaha. Selama empat tahun. Lalu ada Indonesia memanggil. 

Saya masuk KPK rekrutan pertama melalui Indonesia Memanggil menggunakan tes. Sebelumnya itu KPK merekrut dari beberapa instansi dengan status pegawai dipekerjakan. 

Itu ada tes tahun 2005, saya ikut dan saya masuk. Sejak awal saja di KPK sampai diberhentikan sebagai seorang investigator, sebagai seorang penyelidik sampai ke penyelidik utama. Dari awal memang sudah penyelidik selama 16 tahun ini saya tidak pernah pindah divisi maupun pindak direktorat. Karena saya menemukan ini passion saya seorang investigator, melakukan OTT melakukan investigasi secara terbuka.

Ini lah harapan saya ke depan ketika bergabung ke Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka saya akan melakukan kerja-kerja yang meskipun tidak 100 persen saya tetapi setidaknya pengalaman kami di KPK, melakukan kerja-kerja investigasi itu bisa dimanfaatkan oleh Kepolisian Republik Indonesia untuk melakukan hal yang sama.

Waktu tes Indonesia Memanggil 2005 dengan tes TWK mana lebih sulit?

Jauh lebih sulit tahun 2005 ya dengan begitu banyak peserta juga, dari beragam sumber, dengan tes TKW yang sebenarnya kita tidak punya saingan.

Tes tahun 2005 itu kan bersaing untuk bisa masuk KPK. Jadi memang di situ diperlukan hasil test yang bagus gitu loh. Kalau TWK ini kan hanya sebagai mengukur apakah kita ini setia kepada negera Republik Indonesia ini.

Kalau ukuran setia, sebenarnya gampang simple menjawabnya. Selama 16 tahun kami sudah bekerja untuk negara ini. Memberantas korupsi memberikan pemahaman kepada masyarakat, kalau ukuran yang mudah. Hanya saja kemudian dibikin sulit, siapa yang bikin sulit? Tentu para koruptor yang berkolaborasi dengan pimpinan KPK (Firli).

Sebenarnya kalau saya berinteraksi dengan pimpinan, sebenarnya dalam tes itu tidak ada lulus dan tidak lulus, tapi disitu lah celah itu digunakan oleh mereka untuk menyingkirkan saya dan beberapa teman-teman secara kualifikasi memiliki integritas yang tidak perlu dipertanyakan.

Kenapa Cak Harun dkk harus disingkirkan dari KPK?

Kasus-kasus yang telah kami tangani adalah kasus-kasus big fish yang menganggu banyak kepentingan.

Di antaranya, saya sebenarnya tidak ingin ya, artinya menghindari menceritakan saya sedang menangani kasus apa, karena kasus-kasus saya juga memang lebih banyak yang OTT ya meskipun saya juga sedang menangani beberapa kasus besar, yang saya lakukan secara semi tertutup semi OTT juga.

Dari kasus-kasus itu tentu, sudah ada berapa banyak petinggi negara yang sudah dimintai keterangan  dipanggil ke KPK itu. Saya sangat menghindari itu, nah tapi setidaknya mungkin publik bisa melihat ya gambaran kasus itu seperti misalnya kasus ekspor benur.

Yang juga ditangi oleh kawan-kawan lalu ada kasus KPU ya Wahyu Setiawan yang melibatkan Harun Masiku di dalam proses saat ini susah ditetapkan sebagai DPO. Saya juga sebagai anggota di tim DPO itu.

Lalu kalau saya sebagai pengurus wadah pegawai KPK, yang biasa menentang kebijakan kebijakan pimpinan ya, yang mana kebijakan itu dalam tanda kutip yang tidak berpihak kepada teman-teman pegawai tentu kami akan lawan itu, di situ lah kemudian yang menambah profil saya sebagai seorang yang harus disingkirkan dari KPK.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya