Inilah Mustafa Pawang Jago Orang utan Liar Penyandang Tuli Wicara
- bbc
"Orang utan yang sering saya kasih makan itu tiba-tiba mati. Saya menangis sampai tubuh bergetar karena marah ketika menemukannya di dalam air," kenang Mustafa.
"Menggunakan dayung perahu, saya membalikkan badan orang utan itu. Baunya sudah sangat menyengat.
"Ada luka bacokan di bahu bagian kiri dan kanan, dan di bagian paha juga ada luka bacokan," dia melanjutkan.
Peristiwa ini membuat Mustafa semakin marah pada pembalak liar.
"Saya melarang orang-orang menebang kayu menggunakan gergaji mesin, karena bisa membuat orang utan marah dan lapar," ujar Mustafa.
"Tapi kemudian saya diusir oleh para penebang. Saya dipukul, dicekik, diancam dibunuh dan diikat di dalam hutan. Namun saya berhasil kabur dan pulang ke kampung," kisah Mustafa. Peristiwa ini terjadi pada 2018.
Meski begitu, Mustafa tak kapok menegur para pembalak liar. Jika bertemu para pembalak di warung kopi di kampungnya, dia akan menyilangkan tangan pada mereka, tanda tak setuju dengan penebangan hutan.
"Sampai rambut memutih, saya akan tetap mencintai orang utan dan akan bolak-balik ke hutan untuk melihat kondisi mereka," kata Mustafa, sambil meletakkan tangannya di dada.
---
Hidayatullah, wartawan di Aceh, berkontribusi untuk liputan ini.