Inilah Mustafa Pawang Jago Orang utan Liar Penyandang Tuli Wicara
- bbc
Mustafa adalah penyandang tuli wicara. Tapi setiap kali menelusuri sungai di Rawa Singkil dengan perahu, matanya tajam mengawasi sekitarnya, mencari tanda kehadiran orang utan liar yang menghuni hutan gambut itu.
Jalan menuju Desa Rantau Gedang, Kabupaten Aceh Singkil, masih belum diaspal. Jika hujan turun, banjir kerap kali menerjang.
Untuk mencapai desa ini, butuh waktu 16 jam perjalanan darat dari Kota Banda Aceh, melalui pegunungan dan perbukitan.
Kabupaten Aceh Singkil sendiri berada di ujung barat Provinsi Aceh, tepat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Warga desa ini menyebut diri mereka sebagai `Manusia Rawa`, suku asli Singkil yang konon sudah mendiami wilayah tersebut sejak sebelum Indonesia merdeka. Kebanyakan menggantungkan hidup dari pendapatan menjaring lele di Rawa Singkil.
Wartawan Aceh, Hidayatullah, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia mendatangi Desa Rantau Gedang pada pertengahan September lalu untuk menemui Mustafa, sang pawang orang utan liar.
Berambut panjang dengan wajah ditutupi kumis dan berewok, Mustafa memperkenalkan diri.
"Saya Mustafa," dia mengeja namanya dengan memperagakan huruf demi huruf di telapak tangannya.
Sejenak kemudian, dia membuat gerakan seperti orang utan.
"Di ujung jalan sana ada orang utan, mereka besar dan suka mematahkan ranting pohon untuk mengambil makanan," kata Muriadi, kakak kandung Mustafa, menerjemahkan gerakan tubuh adiknya.
Setiap hari, Mustafa melakukan patroli mandiri di kawasan hutan Rawa Singkil untuk menengok dan mengawasi orang utan liar yang tinggal di sana.
Jika ada turis berkunjung, Mustafa akan memandu para wisatawan masuk ke Rawa Singkil. Muriadi, yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan, biasanya mendampingi untuk menjadi penerjemah Mustafa.
Pagi itu, perjalanan menjelajahi Rawa Singkil akan segera dimulai.