Dedi Mulyadi Angkat Bicara Munculnya Raja Angling Dharma
- VIVA/Yandi Deslatama
VIVA – Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar, Dedi Mulyadi angkat bicara munculnya kelompok yang mengatasnamakan raja Angling Dharma di Pandeglang Banten yang membuat heboh dan kontroversi karena kedermawanannya.
Dedi menilai, eksistensi tersebut dapat dianggap secara wajar kalau tidak melenceng dari norma-norma yang berlaku. Menurutnya, kerajaan yang dipimpin Sultan Jamaludin Firdaus ini, tidak boleh mengaku raja di daerah yang secara historis memiliki kerajaan.
"Misalnya, jangan mengaku sultan di Cirebon karena sudah ada rajanya. Di DIY juga sama, jangan mengaku raja karena sudah ada," ujar Dedi dalam keterangan persnya, Selasa 28 September 2021.
Baca juga: SBY Tak Bisa Jadi Presiden Tanpa PBB, Refly Harun: Yusril Keliru
Bahkan, Dedi menilai, seseorang boleh mengaku raja asal bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. "Kalau berderma bagi masyarakat, membantu warga miskin, menyekolahkan anak yatim, membangun infrastruktur dan lain-lain, dari uang raja yang tak memungut upeti, itu keren. Saya malah berharap setiap desa ada raja," terangnya.
Dedi menambahkan, jika di Indonesia banyak raja seperti itu, masyarakat di daerah akan mendapat kesejahteraan. "Kalau banyak raja berderma, Indonesia akan sejahtera," katanya.
Sebelumnya, Kerajaan Angling Dharma yang dipimpin oleh Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus, memiliki makna untuk memanusiakan manusia. Di mana, pengikut kerajaan harus bisa berbakti kepada sang pencipta dan berderma ke sesama makhluk.
"Angling Dharma itu, bukan hanya Baginda saja, tapi hidup kita juga angling, mendarma dan berbakti, mendarma kepada sang pencipta dan berbakti kepada yang diciptakannya," kata ajudan Raja, bernama Aki Jamil, Rabu, 22 September 2021.
Aki Jamil bercerita selama Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus memimpin, dia selalu berbuat kebaikan dan melakukan kegiatan sosial, baik membangun rumah tidak layak huni, pondok pesantren hingga membantu warga miskin.
Dia mengakui bahwa raja Angling Dharma tidak ada tandingannya di dunia ini dalam hal berbuat baik. Bahkan untuk melakukan kegiatan sosial, tidak pernah menerima bantuan dari pemerintah maupun mengajukan proposal. Semua hasil keringat sang Raja maupun bantuan dari para murid dan anggota kerajaan.
"Semua kegiatan beliau di bidang sosial, tujuannya Baginda terutama untuk menyejahterakan masyarakat miskin, intinya memanusiakan manusia. Baginda ini sosok raja yang adil dan bijaksana di muka bumi ini, menurut saya tidak ada lagi," terangnya.
Singgasana kerajaan juga kerap digunakan oleh Baginda Sultan Iskandar Jamaludin Firdaus, raja Angling Dharma, baik saat menerima tamu, mengadakan acara hingga memberikan isyarah. Singgasana dianggap Aki Jamil hal yang lumrah dalam suatu kerajaan, tempat duduk para raja.