Kisah Marina, Alumnus UGM Pilih Jadi Pemulung dan Beternak Maggot
- Tangkapan layar TikTok/PemulungOrganik
VIVA – Marina Tri Muliawati, alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) menjadi viral di media sosial karena unggahannya di akun TikTok. Marina lebih memilih menjadi pemulung sampah dibandingkan memakai ijazahnya untuk sesuai dengan bidangnya.
Marina mengatakan, pertimbangannya menjadi pemulung sampah untuk media berbisnis maggot atau larva lalat hitam karena sudah banyaknya lulusan fakultas hukum yang menjadi advokat.
"Saya pikir lulusan hukum itu banyak banget. Apalagi untuk UGM, angkatan saya itu angkatan 2015 itu lebih dari 400 anak. Itu hukum thok ya. Kalau semua jadi advokat gimana?" kata Marina saat dihubungi, Rabu, 22 September 2021.
Marina mengakui bahwa masuk ke FH UGM memang sulit dan banyak pesaing. Bahkan FH UGM menjadi salah satu jurusan dengan jumlah pendaftar terbanyak di bidang sosial humaniora UGM.
Marina menyebut bahwa dirinya bisa diterima di FH UGM tahun 2015 karena mendaftar melalui SNMPTN jalur undangan. Marina menerangkan bahwa semasa SMA dia selalu meraih peringkat 1 di sekolahnya.
Perjalanan Marina berbisnis maggot tak lepas dari peran sang suami. Dari sang suami pula dirinya mengetahui apa itu maggot dan cara beternaknya.
"Bakat wirausaha tidak dari keluarga saya tapi dari keluarga suami saya. Di sini hampir gak ada yang kerja kantoran nah jadi saat menikah dengan suami saya tidak diperbolehkan kerja di luar. Dengan itu saya mikir masak di rumah diem aja. Saat mikir-mikir itu lalu muncul ide bisnis maggot," ujar Marina.
Marina mengakui salah satu pertimbangannya berbisnis maggot muncul karena kekesalannya terhadap sampah. Sejak SD, Marina sudah kesal dengan lingkungan rumahnya yang kebetulan berdekatan dengan pasar. Kebetulan pasar itu ada tempat pembuangan akhir sampah.
"Di lingkungan saya tinggal dulu agak dekat sama pasar. Di pasar ada empat pembuangan akhir. Dari saya SD itu sampah sudah ganggu banget. Kalau pas hujan dari radius 200 meter baunya terasa banget," tutur perempuan asal Wonogiri, Jawa Tengah ini.
"Dari dulu saya sudah mikir ini (sampah) apa memang gak bisa diapa-apain. Ketemulah maggot itu. Sebelumnya saya sempat ternak ayam. Nah setelah itu cari pakan alternatif untuk ternak ayam kemudian ketemulah maggot ini. Kayak ngumpulin puzzle dan tertarik bisnis maggot. Belum lama (bisnis Maggot) baru beberapa bulan. Masih belajar," kata Marina menambahkan.
Marina menceritakan terkait aktivitasnya memulung sampah, sebenarnya yang diambil adalah sampah organik semisal sisa sayur-sayuran, sisa buah maupun sisa makanan di restoran. Setelahnya sampah organik ini diolah dan dipakai untuk beternak maggot.
Marina menuturkan bahwa masalah sampah memang menjadi kendala karena masyarakat belum terbiasa memilah sampah organik dan non organik. Sehingga saat memulung sampah ini, akhirnya Marina harus memisahkannya terlebih dulu.
"Dulu benci banget sama sampah. Eh sekarang sampah malah saya bawa pulang," ujar Marina berkelakar.
Marina menambahkan jika bisnis maggot yang dirintisnya bersama sang suami, Bagus Ahimsa berada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Menurut Marina, permintaan maggot sangatlah besar dan potensial untuk terus dikembangkan. Marina menerangkan bahwa saat ini pihaknya baru sebatas menggarap permintaan maggot di area Boyolali. Namun tak menutup kemungkinan ke depannya akan melebarkan sayap hingga ke daerah lainnya.
Â