Santri Korban Guru Paedofil di Ogan Ilir Bertambah Jadi 26 Orang

Direskrimum Polda Sumsel Komisaris Besar Polisi Hisar Sialagan (tengah)
Sumber :
  • ANTARA/M Riezko Bima Elko P/21

VIVA – Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Polda Sumsel) mengungkap jumlah korban tindak pidana paedofilia oleh oknum guru di salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Ogan Ilir bertambah menjadi 26 orang santri.

Masa Tenang Pilkada, Car Free Day di Sudirman-Thamrin Tidak Diberlakukan pada 24 November 2024

Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel Komisaris Besar Polisi Hisar Sialagan, di Palembang, Kamis, mengatakan pihaknya kembali menerima aduan sebanyak 14 orang santri yang mengaku menjadi korban pencabulan oleh gurunya sendiri J (22).

Para santri tersebut mendatangi posko aduan korban kekerasan yang didirikan di Mapolda Sumsel, didampingi oleh orangtua masing-masing.

Lembaga Amil Zakat Bangun Ruang Kelas Tahfidz di Luwu Timur, Wujudkan Mimpi Generasi Qur'ani

Berarti dengan dengan adanya aduan itu, saat ini korban tercatat ada 26 orang santri.

"Benar kami terima aduan kembali hari ini, jadi saat ini total korban ada 26 orang anak (santri)," kata dia.

Majelis Masyayikh Sebut UU Pesantren Cetak Generasi Santri Berdaya Saing

Adapun dalam kasus ini tersangka J (22) oknum guru di Pondok Pesantren AT diketahui merupakan warga Jalan Adam, Dusun Trimulyo, Kelurahan Marta Jaya, Kecamatan Lubuk Raja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumsel.

Tersangka dilaporkan oleh orangtua santri kepada Unit PPA Ditreskrimum Polda Sumsel, karena diduga kuat telah melakukan tindak pidana pencabulan kepada anak mereka.

Berdasarkan laporan tersebut, Subdit IV Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) pada Senin (13/9) sekitar pukul 20.00 WIB menangkap tersangka di salah satu rumah orangtua korban. Ia ditangkap nyaris tanpa perlawanan.

Kasubdit PPA Komisaris Polisi Masnoni mengatakan, berdasarkan pengakuan korban, perilaku menyimpang yang dilakukan tersangka itu sudah berlangsung selama sekitar satu tahun terhitung sejak Juni 2020 hingga Agustus 2021.

Modus operandi yang dilakukan tersangka diketahui dengan cara mendatangi para santri yang sedang tidur di kamar mereka.

Setelah itu, korban dibujuk rayu oleh tersangka dengan memberikan uang puluhan ribu rupiah supaya mau menuruti keinginan nafsu sesatnya tersebut.

"Para anak itu semua laki-laki, mereka dicium pelaku lalu disuruh melakukan oral kelamin, bahkan dicabuli oleh tersangka hingga ia mencapai kepuasan," ujarnya pula.

Apabila korban menolak keinginan itu, katanya lagi, maka tersangka akan mengancam untuk tidak segan-segan mengurung korban di gudang lalu menganiayanya.

Tragisnya dalam kasus ini, tersangka mengaku tindakannya dilakukan semata untuk memperoleh kepuasan.

"Saya melakukan asusila semata untuk memperoleh kepuasan," kata tersangka.

Polisi menghadirkan dokter ahli untuk memeriksa kondisi kejiwaan tersangka untuk melanjutkan konstruksi hukum terhadapnya.

Atas perbuatan pedofolia itu tersangka dikenakan Pasal 82 ayat 1, 2 dan 4 jo Pasal 76 UU RI No. 17 Tahun 2016, Perppu No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman pidana penjara maksimal 15 tahun. (Ant/Antara)

Ilustrasi bangunan dibakar oleh KKB

KKB Bakar Gedung SMP di Distrik Sinak Papua Tengah setelah Tembak Dua Pengemudi Ojek

KKB kembali berulah dengan membakar gedung sekolah menengah pertama (SMP) di Kampung Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024