Meluruskan Hikayat Kampung Janda
- VIVA/Muhammad AR
VIVA – Kampung Panyarang kesohor dengan julukan sebagai 'kampung janda'. Kampung yang letaknya di lereng Gunung Salak nan sejuk, persisnya di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, memantik penasaran kaum Adam.
Julukan Kampung Panyarang sebagai kampung janda memang sudah lama, sejak tahun 90-an. Musababnya tak lepas dari beberapa peristiwa yang menyebabkan pada wanita di kampung itu kehilangan suami, sehingga menjanda. Kisah paling masyhur adalah peristiwa longsor yang merenggut nyawa banyak kaum pria di kampung tersebut.
Jurnalis VIVA, Muhammad AR berkesempatan mengunjungi kampung tersebut, dan menguak sisi lain dari penyematan kampung janda. Letak Kampung Panyarang berada di perbatasan Bogor-Sukabumi, berada 10 kilometer dari akses keluar gerbang tol Caringin-Bocimi.
Dari situ, mengambil jalan utama dari Pasar Caringin dan terus ke arah alternatif Cigombong. Lokasi ini juga melewati proyek double track kereta api. Sepanjang jalan, tampak pemandangan khas pengunungan dengan kebun dan pesawahan dengan jalan cukup terjal dan berkelok.
Berbekal petunjuk warga, Jurnalis VIVA akhirnya sampai di Kampung Panyarang, yang disambut kesibukan warga kampung di pagi hari. Terlihat ibu-ibu yang ramai di majelis dan juga memenuhi madrasah-madrasah. Sudah jadi kebiasaan warga kampung, selain sekolah umum mereka menyekolahkan anaknya di madrasah untuk belajar mengaji Alquran.
Sekilas, tak ada yang berbeda dari aktivitas warga Kampung Janda. Walau diakui, lebih banyak bertemu dengan kaum ibu-ibu dibanding bapak. Tapi masih lumrah, mungkin suaminya bekerja di ladang atau bekerja di luar kampung, sementara ibu mengurusi anak-anak sekolah.
Pandangan kami tertuju pada sebuah area dengan kontur tanah putih, yang menurut keterangan warga lokasi ini dulunya adalah tempat pertambangan batu cadas. Batu itu dilebur digunakan bahan baku batako untuk bangunan rumah.
Beberapa dekade terakhir, penduduk di sini mengandalkan mata pencarian mereka sebagai buruh tambang. Namun kini lokasi tambang itu sebagian sudah tergenang air dan membentuk danau alami, dan anak-anak kampung sering berenang di sana.
Dari bekas lahan tambang batu cadas ini hikayat Kampung Janda ini dimulai. Konon, tambang batu cadas putih itu sudah lama dikelola secara tradisional oleh warga sekitar sejak 1996. Kabarnya puluhan -- bahkan diklaim ratusan -- pria di kampung tersebut tewas akibat tertimbun longsor.
Peristiwa itu yang kemudian menyebabkan banyak wanita di kampung tersebut menjanda, ditinggal mati suami. Cerita kampung yang dihuni banyak janda itu menyebar dari mulut ke mulut selama bertahun-tahun, viral hingga banyak diliput media massa.
Kemasyhuran itu tidak lantas membuat warga kampung semakin terbuka. Sejak cerita-cerita kampungnya viral di internet, warga kampung justru tak mau banyak bicara dengan orang luar yang bertanya-tanya soal asal-usul kampung janda. Sebagian lain memilih diam dan mengarahkan ke salah seorang tokoh masyarakat.
"Lebih jelasnya soal janda di kampung kami lebih baik tanya Pak Ustaz, biar tahu," ujar salah seorang ibu yang berstatus janda yang enggak disebutkan namannya saat ditemui VIVA, Selasa, 14 September 2021.
Ustaz yang dimaksud warga adalah Ustaz Anwar Ardabili. Ia merupakan tokoh masyarakat sekaligus kepala Dusun Panyarang. Rumahnya tak jauh dari lokasi danau bekas tambang. Saat ditemui VIVA, Ustaz Anwar menguak segalanya tentang kampung yang dihuni 1000 KK ini.
Anwar begitu antusias bercerita tentang asal-usul kampung janda. Menurutnya, nama kampung janda ini merupakan julukan dari orang luar kampung yang sempat mengunjungi kampung ini. Dari interaksi mereka dengan beberapa warga, kebetulan yang mereka ajak bicara adalah ibu-ibu yang berstatus janda.
"Ada orang-orang yang katannya mahasiswa di tahun 2000-an lagi pelatihan, nanyanya kebetulan ke seorang janda namanya Ibu Sanah, dia kan warga dijawab seadanya," kata Anwar
Dalam kesempatan itu, Anwar ingin meluruskan kasak-kusuk tentang kampung yang konon dihuni puluhan janda ini. Mulai dari bencana longsor tambang tahun 90-an yang katanya menjadi penyebab puluhan wanita di kampung ini menjadi janda, hingga isu lain seputar kematian massal akibat sambaran petir.
"Iya memang di sini janda banyak tetapi kalau soal janda karena musibah longsor itu tidak akurat, memang ada yang janda akibat suaminya kena longsor tapi tidak banyak," ungkapnya
Pria 43 tahun itu tidak terima jika penyebab wanita di kampungnya menjanda dikaitkan dengan peristiwa bencana longsor tambang batu cadas dan tersambar petir yang menewaskan para kaum pria kampung ini.
"Kenapa tidak menerima? Yang peristiwa kesambar petir itu bapak saya sendiri, tidak ada luka, tapi karena sambaran petir suaranya saking kecangnya kena jantung. Jadi berita-berita yang sudah tersebar tertangkap media dan medsos itu kurang akurat," terang Anwar
Ada lagi yang menyebut bencana longsor telah menyebabkan 50 orang wanita kampung menjadi janda. Anwar mengaku keberatan dengan klaim tersebut. Menurutnya jumlah janda di kampungnya tidak sampai puluhan, dan penyebabnya juga bukan cuma karena bencana longsor dan tersambar petir.
"Karena memang janda di sini banyak, banyak itu bukan sekian puluh orang, bisa belasan mungkin 15 orang, rata-rata sudah berusia," paparnya. Ia menyebut penyebab wanita menjanda di kampungnya ada yang karena suaminya meninggal dunia karena sakit, ada yang suaminya korban longsor, ada juga menjanda karena suaminya menikah lagi dan memilih bercerai.
Banyak Settingan
Kisah kampung janda diakui Anwar memang sudah tersebar luas. Banyak orang luar berdatangan, bahkan ada yang rela menginap untuk sekadar mencari tahu kampung janda, dan melihat lebih dekat aktivitas para wanita kampung.
Tapi yang bikin Anwar mengelus dada, ada pihak yang sengaja mengekspose kampung janda dengan mengarang cerita wanita kampung untuk kebutuhan konten mereka. Banyak cerita yang dibuat-buat untuk melekatkan kesan negatif kampung ini.
"Saya lihat di Youtube, ada settingan ada yang nyuci baju di sungai, perempuan, dari saya dilahirkan tahun 77 sampai saat ini, yang mandi di sungai itu siapa namanya, orang mana, saya tidak kenal," ujarnya.
Ada juga cerita di Youtube dengan narasi seorang wanita tengah berjualan warung lesehan, dengan lokasi dibuat seolah-olah di kampung janda. "Perempuan ini saya belum pernah lihat karena enggak kenal, kalau di sini pasti kenal," ungkap Anwar
"Enggak ada (janda) yang muda, katakan seumuran saya itu 43 sudah tidak ada yang muda. Tapi di Youtube ada perempuan muda usia 25 tahun," imbuhnya
Bagaimana pun, Anwar tak bisa menolak julukan orang atas kampung tempat tanah kelahirannya itu. Tapi sebagai tokoh masyarakat, Ia punya kewajiban untuk memberikan informasi yang akurat kepada siapa pun yang datang ke kampung ini, dan bertanya-tanya ihwal kampung janda.
"Jadi kalau mau nanya soal kampung yang banyak janda di sini, tanya ke orang asli sini agar akurat dan mengetahui sejarahnya," ujarnya