RSLI Surabaya Jelaskan CT Value Ekstrem 1,8 Bisa karena Alat Tes PCR

Sejumlah pasien COVID-19 ditempatkan sementara, untuk proses observasi di lobi ruang IGD RS Hasan Sadikin Bandung (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • IST

VIVA – Sejumlah pasien COVID-19 dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ditangani Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya, Jawa Timur, diketahui memiliki cycle threshold (CT) value rendah, di bawah angka 15. Bahkan, salah seorang pasien memiliki angka rendah yakni 1,8. 

CIA Duga Kuat COVID-19 dari Kebocoran Laboratorium di Wuhan, China Bereaksi Keras

Menurut RLSI Surabaya, rendahnya CT value ini bisa jadi dipengaruhi saat proses tes PCR, namun masih diteliti.
Dokter penganggung jawab RSLI Surabaya, Fauqa Arinil Aulia menjelaskan CT value pasien COVID-19 bisa dipengaruhi oleh alat jenis tes swab  polymerase chain reaction (PCR) yang dilakukan.

Dia menyampaikan masing-masing metode bisa menunjukkan hasil berbeda karena satuan hitungannya. 

CIA Duga COVID-19 Berasal dari Kebocoran Laboratorium di China, Menurut Media AS

"Yang perlu diwaspadai saat kita menghitung CT value itu, harus memperhatikan alat dan reagen yang digunakan," ujar Fauqa, Jumat, 10 September 2021.

Fauqa menambahkan, PCR ada beberapa jenis di antaranya reverse transcription PCR (RT PCR) dan insulated isothermal PCR (ii PCR). Untuk RT-PCR, temperatur yang digunakan pada proses amplifikasi gen target bersiklus-siklus. Sementara, iiPCR temperaturnya cenderung konstan.

Bukan COVID-19 atau HMPV, Ternyata Ada Virus Ini yang Jauh Lebih Berbahaya Bagi Manusia

Nah, pasien COVID-19 dengan CT value 1,8 yang ditangani RSLI Surabaya dites dengan menggunakan ii-PCR. Namun, tes dilakukan lagi dengan menggunakan RT-PCR dan ternyata angka CT value-nya juga tetap rendah.

Maka itu, Fauqa mengatakan pihaknya langsung mengambil spesimen pasien yang bersangkutan untuk diperiksa lebih lanjut dengan whole genome sequencing (WGS). Hal ini sesuai anjuran dan tata laksana Satgas Penanganan COVID-19 pusat.

Fauqa mengatakan, kedua metode tes PCR tersebut tidak bisa dijadikan acuan varian tertentu COVID-19. Perlu dikonfirmasi lagi dengan nilai gejala klinis dan lainnya seperti rujukan dari WGS. Sebab, mutasi atau varian baru bisa diketahui berdasarkan hasil WGS. 

“Kalau belum ada data WGS kami belum bisa bilang [itu varian baru]," tutur Fauqa.

Jubir baru Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menjalankan tugas perdana

CIA Dukung Teori COVID-19 dari Kebocoran Lab di China, Beijing Minta AS Stop Manipulasi

China meminta AS berhenti mempolitisasi dan memanipulasi isu asal-usul virus corona, berhenti mencemarkan nama baik negara lain, dan berhenti melemparkan kesalahan.

img_title
VIVA.co.id
28 Januari 2025