Bela Anies, Geisz ke Dedek Prayudi: Ucapan Itu Hasil dari Penghakiman!
- tvOne
VIVA – Hajatan balap mobil listrik Formula E yang dinginkan Gubernur DKI Anies Baswedan di area Monas Jakarta pada Juni tahun depan masih menuai polemik. Dua fraksi di DPRD DKI yakni PDIP dan PSI menggulirkan hak interpelasi untuk Anies.
Polemik interpelasi ini dibahas dalam Catatan Demokrasi tvOne dengan tema 'Anies Digoyang Formula E'. Kali ini, beberapa pembicara hadir seperti dari pihak yang pro terhadap interpelasi ada Direktur Eksekutif Center for Youth & Population Research Dedek Prayudi dan Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Pantas Nainggolan.
Lalu, dari pihak yang kontra interpelasi terhadap Anies ada Anggota Fraksi Gerindra DPRD DKI Syarif dan Produser Jakarta Melayu Festival Geisz Chalifah.
Salah satu sesi terjadi adu argumen antara Syarif dengan Dedek Prayudi terkait temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kemudian, perdebatan berlanjut dengan menyinggung isu interpelasi terkait momen pertemuan antara Anies dengan pimpinan 7 fraksi di DPRD DKI.
Dedek menyebut pertemuan Anies dengan 7 pimpinan fraksi itu seolah menjadi bau amis. Hal ini karena cara Anies yang memanggil 7 pimpinan fraksi di rumah dinasnya di Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 26 Agustus 2021.
Bagi dia, langkah Anies itu agar membatalkan interpelasi yang sudah digulirkan PDIP dan PSI.
"Menjadi semakin bau amis ketika dewan ingin didekatkan dengan rakyatnya. Tetapi, Pak Gubernur kemudian memanggil para elite supaya membatalkan suatu aktivitas yang namanya interpelasi yang mendekatkan dewan dengan rakyatnya," kata Uki sapaan akrab Dedek yang dikutip VIVA pada Kamis, 9 September 2021.
Baca Juga: Momen Kompak Anies Ketemu 7 Fraksi DPRD DKI Tolak Interpelasi
Mendengar pernyataan Uki, Syarif coba memotongnya. "Saya luruskan," tutur Syarif.
Namun, saat Syarif hendak bicara, Geisz Chalifah meminta waktu sebentar agar dirinya diberikan kesempatan menyampaikan pernyataan.
"Sebentar, sebentar. Gubernur yang memanggil elite atau para elite yang mendatangi gubernur?" tanya Geisz ke Uki.
"Ya, kita luruskan itu ya," kata Syarif membenarkan pernyataan Geisz.
Geisz menyindir Uki yang sebelumnya mengaku sebagai peneliti. Ia mengaitkan pengakuan Uki sebagai peneliti aoakah riset terlebih dulu sebelum melontarkanpernyataan Anies memanggil elite pimpinan fraksi DPRD DKI.
"Anda menyatakan dengan riset sebelum Anda mengatakan bahwa gubenur memanggil para elite?" kata Geisz lagi.
"Mengundang," jawab Uki.
"Anda mengatakan itu, Anda riset?" tanya Geisz
Uki pun menjawab pernyataannya itu berdasarkan pemberitaan media massa. Kata dia, dalam pemberitaan ada pengakuan pihak yang diundang Anies.
"Ya, itu sudah di keterangan-keterangan media dari orang-orang yang sudah diundang," tutur Uki.
Geisz merespons agar sebaiknya Uki bertanya ke Syarif. Sebab, kebetulan Syarif sebagai salah seorang yang hadir dalam pertemuan di rumah dinas Anies.
"Tanyakan ini sama orang DPRD," kata Geisz sambil menunjuk Syarif.
Syarif coba menerangkan bahwa pernyataan Uki salah. Ia menyampaikan peristiwa yang betul adalah perwakilan 7 fraksi ingin memperjelas lagi alasan Anies terkait pelaksanaan Formula E. Dia menekankan pertemuan itu atas permintaan dari 7 fraksi di DPRD DKI termasuk Gerindra.
"Karena ingin perjelas, kemudian datang minta jadwal kepada Pak Gubernur untuk bertemu di Taman Suropati. Jadi, bukan Pak Gubernur," tutur Syarif.
Setelah Syarif bicara, Geisz melontarkan sindiran soal ucapan Uki yang bukan berdasarkan riset penelitian.
"Bahwa ucapan itu bukan hasil penelitian. Ucapan itu hasil dari penghakiman!" kata Geisz
"Oh, nggak," jawab Uki.
Uki menjelaskan maksud pernyataannya. Ia heran karena pertemuan Anies dengan 7 pimpinan fraksi itu dilakukan secara tertutup. Padahal, banyak pihak ingin persoalan Formula E ini dibuka secara terbuka alias transparan.
"Kita nggak pernah tahu isinya. Saya bukan anggota dewan. Kita nggak pernah tahu apa yang diperbincangkan. Kenapa yang datang 7 fraksi itu?" tutur Uki.
Geisz kembali menanggapi Uki. Ia bilang tidak ada satu pun yang dilakukan Anies tidak transparan. Kata dia, dengan memberikan contoh dalam penanganan pandemi COVID-19 yang memperlihatkan bahwa transparansi Jakarta di era Anies luar biasa.
"Dari awal COVID melanda Jakarta. Hanya Jakarta yang pertama kali membuka berapa yang kena COVID. Sampai hari ini hanya Jakarta yang membuka secara jelas berapa yang wafat," tutur Geisz.
Kemudian, ia menambahkan Jakarta di bawah Anies juga sebagai kota yang paling demokratis. Menurut dia, Anies tidak pernah melaporkan lawan politiknya agar diproses secara hukum.
"Kalau Jakarta tidak demokratis, Uki dan teman-temannya sudah dilaporkan. Tidak pernah ada pelaporan," sebut Geisz.