Literasi Digital Penting Cegah Penyebaran Hoax

Ilustrasi media sosial.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Ditjen Aptika Kominfo RI) bekerjasama dengan DPR RI mengadakan acara webinar literasi digital Kominfo dengan tema “Pentingnya Literasi Digital Dalam Menciptakan Kondusifitas Bermedia Sosial", Rabu, 8 September 2021.

Ditjen Aptika Kominfo & DPR RI ingin mengedukasi peserta melalui webinar literasi digital yang terdiri dari berbagai penggiat teknologi informasi digital seperti para aktivis media sosial, blogger dan jurnalis yang tersebar di berbagai media online untuk memahami pentingnya literasi digital dalam menciptakan kondusifitas dan meningkatkan kecerdasan dalam menggunakan media sosial.

Dirjen Aptika Kominfo, Samuel A Pangerapan memaparkan bahwa kehadiran pandemi dan pesatnya perkembangan ekonomi telah mengubah aktivitas kita dalam beraktivitas dan bekerja.

“Kehadiran teknologi sebagai bagian kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegas bahwa kita sedang menghadapi era disrupsi teknologi,” kata Samuel.

Untuk menghadapi hal tersebut, ia mengatakan kita semua harus mempercepat kerjasama dalam mewujudkan agenda reformasi digital di Indonesia. Salah satu pilar tertinggi untuk mendukung transformasi digital menciptakan masyarakat digital dimana tingkat kemampuan literasi digital menjadi peranan yang sangat penting.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, Kresna Dewanata Prosakh menyampaikan bahwa di era digital saat ini kita ketahui bersama banyak sekali terkait dengan suasana-suasana yang tidak kondusif dikarenakan adanya berita hoaks, berita-berita yang tidak valid, orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

"Hampir di seluruh pelosok wilayah Indonesia akan diselesaikan terkait dengan BTS dan Indonesia akan memasuki merdeka sinyal dalam beberapa tahun ke depan. Saya mengharapkan terkait dengan percepatan teknologi digital saat ini ke depannya bisa dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Kresna.

Dewan Penasehat Putera Puteri Pendidikan Indonesia, Prof. Roy Darmawan mengatakan bahwa adanya literasi digital merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas nasional. literasi digital memiliki peran yang strategis untuk menciptakan kondusifitas dalam bermedia sosial.

"Sosial media punya andiil yang besar untuk perdamaian dunia, ketahanan regional, dan kemaslahatan dunia," ujarnya.

Terpopuler: 9 Hal yang Harus Dihindari di Media Sosial Hingga 7 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula

Beberapa dampak negatif sosial media seperti depresi, menjadi korban cyberbullyng, kecanduan konten negatif, tersebarnya hoaks, kejahatan siber ini harus kita atasi bersama-sama.

"Salah satu caranya adalah menggunakan kiat jitu berperilaku aman di dunia digital yaitu selalu hindari posting data/informasi pribadi, ingat dan simpan password hanya untuk diri kita sendiri, setelah online pastikan selalu log off, waspada jika berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal dan patuhi batasan umur yang telah ditetapkan di situs media sosial," ujarnya.

KPI Akui Tak Punya Kewenangan Tindak Konten Judi Online di Media Sosial

Menurut data mengenai Penetrasi Internet di Indonesia Tahun 2020, Jumlah Pengguna Internet di Indonesia mencapai 196,7 Juta, Tumbuh sekitar 25,5 Juta (8,9 persen). Hal ini terjadi karena dampak WFH dalam masa pandemi COVID-19.

Pegiat Literasi Masyarakat Wawan Gunawan mengatakan bahwa untuk menciptakan kondusifitas dalam bermedia sosial kita harus menggunakan bahasa dan media secara kritis.

Jangan Asal Posting! 9 Hal yang Harus Dihindari di Media Sosial

Menurutnya, berpikir kritis diperlukan dalam era digital agar dapat memikirkan ulang secara mendalam sesuatu yang sudah dianggap benar secara umum dan mengantarkan pada penemuan baru dan cara pandang baru.

“Dampaknya kita dapat lebih berhati-hati dalam menyaring maupun menyebarkan informasi apakah termasuk berita hoaks atau tidak,” ucapnya.

Menurut data mengenai penetrasi Internet di Indonesia Tahun 2020, Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 Juta, Tumbuh sekitar 25,5 Juta (8,9 persen). Hal ini terjadi karena dampak WFH dalam masa pandemi COVID-19.

Ia mengatakan bahwa untuk menciptakan kondusifitas dalam bermedia sosial kita harus menggunakan bahasa dan media secara kritis. Berpikir kritis diperlukan dalam era digital karena dapat memikirkan ulang secara mendalam sesuatu yang sudah dianggap benar secara umum dan mengantarkan pada penemuan baru dan cara pandang baru.

“Dampaknya kita dapat lebih berhati-hati dalam menyaring maupun menyebarkan informasi apakah termasuk berita hoaks atau tidak,” katanya.

Menurut Data Kominfo Bulan Agustus 2018 - Maret 2019 telah ditemukan isu hoaks dengan total 1.224 dimana capaian grafik setiap bulannya selalu mengalami peningkatan.

“Untuk itu beberapa aksi yang harus kita lakukan untuk menjaga kondusifitas dalam bermedia sosial di tengah maraknya hoaks adalah melaksanakan pendidikan publik melalui media literasi, memperbanyak media alternatif jurnalisme warga, cek dan ricek suatu berita atau informasi, dan tidak mudah menyebarkan postingan sebelum lihat kebenaran, manfaat dan dampak buruk berita," katanya.

Baca juga: Jangan Mudah Termakan Hoax

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya