Tiga Jenazah Pasien COVID-19 di RSUD Wamena Dibawa Paksa Tanpa Prokes

Direktur RSUD Wamena dr Felly Sahureka dua dokter lainnya saat memberikan keterangan pers mengenai situasi di rumah sakit yang dia pimpin.
Sumber :
  • ANTARA/Marius Frisson Yewun

VIVA – Manajemen RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, menyatakan bahwa terjadi tiga kasus keluarga membawa jenazah pasien COVID-19 dari rumah sakit tanpa menerapkan protokol kesehatan (prokes) pencegahan COVID-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Direktur RSUD Wamena dr Felly Sahureka di Wamena, Senin, 31 Agustus 2021, mengatakan pengambilan jenazah pasien COVID-19 tanpa prokes di tiga kasus ini terjadi sepanjang tahun 2021.

"Kasus terakhir terjadi beberapa hari lalu. Akibat dibawa pihak keluarga sehingga pemakaman pasien belum bisa dipastikan melalui prosedur COVID atau tidak," ujarnya.

Viral Sopir Ambulans Bawa Jenazah Sendirian, Keluarga Pilih Naik Motor

Mengenai kasus memaksa untuk membawa pulang jenazah pasien yang meninggal karena COVID-19, menurut Felly, RSUD mengimbau jangan terjadi lagi seperti tiga pasien yang sudah dipaksa untuk dibawa pulang ke rumah.

Felly mengatakan situasi lain yang dihadapi pihak RSUD adalah adanya kata-kata bahwa pihak RSUD meng-COVID-kan pasien yang bukan karena COVID-19.

Innova Maut Tabrak Warung Pinggir Jalan di Surabaya, 2 Pengunjung Tewas

Ia memastikan tindakan membawa pulang jenazah COVID-19 oleh pihak keluarga tidak membantu memutus rantai penyebaran virus corona.

"Kami butuh tim keamanan yang membantu kami terutama saat seperti ini kasus keluarga membawa jenazah COVID-19 supaya tidak terjadi lagi sebab ketika disampaikan dia positif, meninggal karena virus corona mesti menerapkan protokol pemakaman yang berlaku," katanya.

Sementara itu, dokter Manu Auparay mengatakan tindakan warga yang datang dalam jumlah banyak ke RSUD untuk membawa jenazah COVID-19 seperti yang sudah terjadi, cukup menganggu aktivitas pelayanan termasuk pasien penyakit lain yang dirawat.

"Misal petugas mau antar oksigen terganggu karena kerumunan masyarakat. Harapan kita kalau memang sudah paham, tolong bantu edukasi keluarga yang lain, misalnya perwakilan saja yang masuk untuk diskusi. Apalagi gedor-gedor sampai pasien takut, sampai ada pasien yang minta pulang," katanya.

Ia menjelaskan RSUD Wamena merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan untuk lebih dari enam kabupaten di pegunungan sehingga masyarakat perlu menjaga bersama agar pelayanan tidak terganggu.

"Kita di pegunungan tengah ini kan rumah sakit rujukan cuma Wamena, jadi kalau kita tidak jaga sama-sama, ketika nakes kita sudah berada pada situasi jenuh, nanti bagaimana mereka bisa memberikan pelayanan dengan baik kepada pasien," katanya.

Sedangkan nakes lainnya, dokter Anton, mengatakan kasus terakhir yang terjadi beberapa hari lalu adalah pihak RSUD Wamena merencanakan pemakaman satu warga secara COVID-19 karena positif, namun keluarga meminta untuk dibawa pulang.

Awalnya pihak RSUD sudah memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa membawa jenazah pasien COVID berdampak pada terjadinya penularan namun pihak keluarga mengatakan siap bertanggung jawab.

"Mereka buat pernyataan. Pada akhirnya mereka mengatakan, ‘Dokter izinkan, tidak izinkan, kami tetap ambil. Kami tidak dengan kekerasan; kami ambil dengan baik-baik’. Kita sudah maksimal untuk menahan jenazah tetapi tidak bisa dan di luar massa menunggu," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya