Mustofa Vs Taufik Damas soal JK Pernah Undang Taliban ke RI

Mustofa Nahrawardaya (kanan) dan Taufik Damas (kiri-berpeci) di Catatan Demokrasi tvOne
Sumber :
  • tvOne

VIVA – Milisi Taliban yang berhasil menggulingkan pemerintahan Afghanistan era Ashraf Ghani jadi perhatian dunia internasional termasuk Indonesia. Kemenangan Taliban ini memunculkan pro dan kontra di Tanah Air.

Antisipasi Narkoba Masuk Jakarta Buat Pesta Akhir Tahun, Begini Jurus Kombes Donald

Hal ini dibahas dalam acara Catatan Demokrasi tvOne bertema 'Taliban Menang, Islamofobia Datang?'. Sebagai pembicara kali ini di antaranya pegiat media sosial sekaligus kader Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya dan Wakil Khatib Syuriah PWNU DKI Jakarta, Taufik Damas.

Di salah satu sesi, baik Mustofa dan Taufik menyampaikan penjelasannya terkait persepsinya soal Taliban. Mereka berdua juga sempat adu argumen soal kedatangan Taliban ke RI atas undangan eks Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

Anak Buah Irjen Karyoto Tangkap Penyelundup Sabu Asal Afghanistan di Dekat Kampung Ambon, Total Barang Bukti 389 Kg

Sebelum itu, Mustofa mengawalinya dengan menjelaskan kondisi pasca Taliban memenangi peperangan melawan pemerintahan Afghanistan yang didukung Amerika Serikat (AS). Ia tak menampik publik Indonesia seperti netizen di media sosial yang terbelah menyikapi kemenangan Taliban ini 

Menurutnya, tak semua yang dilakukan Taliban itu selalu negatif. Namun, ia menekankan saat ini, seolah dunia memaksa dengan menggiring opini bahwa Taliban dipersepsikan negatif.

JK soal Ridwan Kamil Ditolak Sejumlah Warga Jakarta: Ada Pro dan Kontra, Biasa Saja

Dia mencontohkan peristiwa yang dialami wartawan senior asal Inggris, Yvonne Ridley. Eks jurnalis Sunday Express itu ditahan Taliban selama 10 hari. Namun, mengejutkan bahwa Yvonne justru memeluk Agama Islam. Pun, saat keluar dari Afghanistan, ia sudah mengenakan jilbab.

"Justru mereka saat ditahan, justru menghormati perempuan," kata Mustofa dikutip VIVA, Jumat, 27 Agustus 2021.

Pun, Taufik Damas sepakat dengan pro dan kontra publik menyikapi Taliban yang sangat terlihat di media sosial. Namun, ia mengingatkan bahwa jangan sampai kemenangan Taliban di Afghanistan kemudian membuat bangsa Indonesia terpecah. "Itu urusan luar negeri bukan urusan orang Indonesia," tutur Taufik.

Dia menekankan agar publik bisa menjaga sikap dan tak mudah terpengaruh. Ia menyampaikan demikian karena banyak persepsi bahwa Taliban itu radikal, ekstrem. "Karena faktanya itu juga banyak," ujarnya.

Tak lama setelah paparan Taufik, presenter Catatan Demokrasi, Andromeda Mercury bertanya soal PBNU yang pernah ikut bertemu dengan delegasi Taliban di Jakarta. 

Taufik menjawab dengan memberikan bantahan bahwa delegasi itu bukan Taliban melainkan hanya ulama-ulama Afghanistan

"Ini perwakilan ulama-ulama Afghanistan yang berkunjung ke PBNU, bukan Taliban. Bukan pemerintah-pemerintah, tapi ulama-ulama yang berkunjung," jawab Taufik.

Dia menambahkan ulama Afghanistan itu mau belajar dan mengenal tentang Islam di Indonesia. Ia menekankan lagi delegasi itu bukan Taliban berdasarkan rekannya yang ikut dalam pertemuan tersebut.

"Mereka ingin belajar Islam Nusantara. Kok ada dengan negara mayoritas muslim, akur padahal di dalamnya ini sukunya banyak," tutur Taufik.

"Bukan Taliban itu. Itu pengakuan dari orang yang jadi guide mereka datang," kata Taufik.

Mustofa pun diberikan kesempatan untuk menanggapi Taufik. Ia heran dengan keterangan Taufik karena sepengatahuannya delegasi yang bertemu dengan PBNU sama juga yang diundang Jusuf Kalla (JK). Delegasi yang dimaksud Mustofa adalah perwakilan Taliban.

"Mohon maaf ini yang berkunjung sama dengan yang makan malam dengan Pak JK kan? Pak JK mengamini ini Taliban. Makanya beliau meminta kepada PBB mencabut status beliau ini Taliban," ujar Mustofa.

Lalu, Taufik merespons pertanyaan Mustofa. Lagi-lagi, ia bilang merujuk pengakuan dari rekannya yang saat itu bertindak sebagai pembawa acara dalam pertemuan itu.

"Tapi, teman yang hadir di situ. Itu dia menjelaskan. Ada di Tweet itu. Saya juga dikoreksi sama dia. Mas, itu bukan Taliban tapi perwakilan ulama-ulama Afghanistan. Gitu lho," kata Taufik.

"Jadi, memang ini lah yang terjadi di kita itu soal informasi, repot banget. Kita harus percaya dengan yang mana," ujar Mustofa menimpali Taufik.

Mustofa melanjutkan bahwa JK sudah menceritakan di media massa bahwa pernah mengundang Taliban. Upaya ini dilakukan untuk membantu proses perdamaian di Afghanistan.

"Saya yakin beliau akan mempertanggungjawabkan apa yang diomongkan. Dan, saya tahu Pak JK itu dekat dengan Muhammadiyah. Pak JK sangat bertanggungjawab. Sekarang mana yang kita percayai?" tutur Mustofa.

"Ini kan Pak JK mengundang makan malam. Iya kan, sekaligus membicarakan perdamaian. Semua ormas diundang oleh Pak JK saat itu," ujar Mustofa.

Menurut dia, saat giliran Ashraf Ghani mengundang JK ke Afghanistan, sejumlah ormas Islam di Tanah Air juga diajak.

"Pertemuan di Qatar juga. Jadi, semua pertemuan itu. Ada Pak Ghani ikut, Taliban juga ikut," jelas Mustofa.

Bahkan, terkait kehadiran Taliban di Tanah Air atas undangan JK, ia juga mengecek langsung ke Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah. Dari keterangan salah seorang pengurus saat itu, menurutnya Muhammadiyah juga sempat menawarkan pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk menjalin kerjasama pelatihan.

"Makanya Muhammadiyah menawarkan pelatihan sebagai pegawai dan seterusnya. Tapi, Muhammadiyah tidak juga hanya sepihak. Juga menawarkan kepada Taliban. Supaya dua-duanya sama pintar. Makanya yang hadir ini ada Taliban memang," kata Mustofa.

"Jadi, tidak mungkin saya salah informasi. Saya nggak tahu, tapi mohon maaf kalau memang salah. Tapi, bisa dicek ke Pak JK," tuturnya.

Mendengar penjelasan Mustofa, Taufik mengatakan lagi bahwa delegasi itu bukan Taliban. Informasi ini diperolehnya dari temannya yang bernama Gus Fasad. Menurut dia, berdasarkan keterangan temannya itu, delegasi itu hanya sejumlah ulama yang datang ke RI itu diinisiasi Afghanistan.

"Dan, dia MC di acara pertemuan itu. Jadi, ini bukan Taliban melainkan delegasi ulama atau tokoh dari beberapa suku yang ada di Afghanistan. Ya kita nggak tahu siapa yang benar," ujar Taufik.

Taufik juga meluruskan informasi yang beredar di media sosial bahwa PBNU diisukan mendukung Taliban. Sebab, foto-foto pertemuan ormas Islam seperti PBNU dengan delegasi ulama yang disebut Taufik beredar luas di media sosial.

Mustofa menanggapi pernyataan Taufik yang masih kekeuh bahwa yang datang ke RI bukan delegasi Taliban. Dia pun memuji JK sebagai sosok yang hebat karena bisa memediasi Taliban-Afghanistan.

"Ini yang saya hebat dari Pak JK itu, beliau nggak merasa malu, nggak merasa jatuh harga dirinya untuk mengakui bertemu dengan Taliban. Ini Pak JK lho," kata Mustofa.

"Nanti bisa dilihat di media itu, bagaimana wawancara beliau itu yang saya mengundang Taliban itu bukan tanpa risiko lho. Itu Pak JK yang ngomong, di tanggal yang sama tanggal 30 Juli karena kami harus berjuang melalui PBB," jelas Mustofa.

Taufik menimpali omongan Mustofa. Ia sependapat dengan Mustofa. Tapi, Taufik merasa tidak berkenan karena sosok JK dinarasikan seolah-olah negatif karena bertemu dengan Taliban. 

"Padahal, dalam pergaulan internasional apa salahnya. Gitu lho," ujar Taufik.

"Berarti ini Taliban yang ini tadi?" tanya Mustofa.

"Yang mana?" tanya Taufik.

"Yang ketemu sama Pak JK," tutur Mustofa.

"Nggak, ini pengakuan dari MC (teman) ini," ujar Taufik.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK saat menjabat RI-2 periode 2014-2019 memang dikenal aktif dalam membantu perdamaian Afghanistan. JK pernah menceritakan beberapa kali pergi ke Kabul untuk bertemu dengan pemerintah Afghanistan dan Taliban.

Lalu, JK juga mengundang pemerintah Afghanistan dan Taliban secara terpisah ke Jakarta. Dalam pengakuannya beberapa waktu lalu, eks Ketua Umum Golkar juga dekat dengan petinggi Taliban seperti Mullah Abdul Ghani Baradar.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya