Sertifikat Kompetensi Jadi Garansi Hadapi Persaingan Dunia Kerja
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Sertifikat kompetensi dinilai punya peranan penting untuk menghadapi persaingan dunia kerja. Salah satu alasannya lantaran banyak perusahaan melirik pelamar yang memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidang kemampuannya.
Hal ini jadi perhatian Universitas YARSI sehingga melakukan kegiatan sosialisasi sertifikasi kompetensi terhadap lulusan perguruan tinggi. Sosialisasi ini digelar melalui webinar zoom oleh program studi Perpustakaan dan Sains Informasi (PdSI) Program Sarjana.
Rektor Universitas YARSI, Prof.dr. Fasli Jalal, Ph.D menyampaikan sertifikasi kompetensi juga sebagai salah satu bentuk kontrol terhadap link and match kurikulum lembaga pendidikan. Pun, dengan sosialisasi diharapkan bisa meningkatkan kompetensi lulusan perguruan tinggi sehingga mudah diserap pasar kerja.
Menurutnya, di era sekarang, perguruan tinggi mesti memperhatikan link and match antara keilmuan yang diberikan kepada mahasiswa di bangku kuliah dengan skill yang dibutuhkan dunia kerja. Kata dia, perguruan tinggi dalam menyusun kurikulum wajib mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional DIKTI sesuai Permendikbud No. 03 tahun 2020.
Fasli menekankan, dalam membangun sumber daya manusia atau SDM, ada beberapa pilar. Salah satunya industri yang menterjemahkan kebutuhannya ke dalam standar kompetensi atau standar internasional atau standar khusus. Lalu, lembaga pendidikan dan pelatihan dengan mengembangkan kurikulumnya selaras dengan kebutuhan industri berbasis kompetensi.
"Terlebih lagi bagi perguruan tinggi tantangan dalam pengembangan kurikulumnya di era industri 4.0 tidak hanya menyelaraskan kurikulumnya dengan dunia industri, namun juga menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan baru meliputi literasi data, literasi teknologi," ujar Fasli, dalam keterangannya, Selasa, 10 Agustus 2021.
Sementara itu, pembicara lainnya, komisioner Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Bonardo Aldo Tobing, menyampaikan lulusan perguruan tinggi yang kompetensinya tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna akan menimbulkan biaya tinggi pada perusahaan. Ia bilang, lulusan itu akan memiliki kinerja yang rendah.
"Mengurangi daya saing, membatasi investasi, penghasilan karyawan rendah, kepuasan kerja rendah, prospek karir terbatas," tuturnya.
Dalam webinar ini dihadiri juga perwakilan tim Kurikulum DIKTI, Sri Suning Kusumawardani, dan Kepala Pusat Pembinaan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI, Opong Sumiati.
Selain mahasiswa, sosialisasi webinar ini juga diikuti dosen pengajar dan para kepala program studi dari berbagai universitas di Tanah Air. Pun, hadir juga perwakilan pengurus dari Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Ilmu Perpustakaan dan Informasi (APTIPI), Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII).